Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Fisikawan jenius itu meninggal di usia 76 tahun. Mewariskan setumpuk pengetahuan berharga bagi umat manusia. Ia adalah Stephen Hawking yang meninggal akibat komplikasi sklerosis lateral amyotrophic (penyakit sistem syaraf), Rabu (14/3).
ADVERTISEMENT
Semasa hidupnya, Hawking selalu tampil dengan wajah yang sangat serius. Bicaranya lugas, juga apa adanya. Tentu saja, ada banyak terobosan yang digagasnya, terutama soal teorinya mengenai lubang hitam (black holes), alam semesta hingga sang pencipta. Ia juga dikenal sebagai penulis buku sains populer, 'A Brief History of Time.'
Meski demikian, mungkin banyak yang tak tahu bahwa di balik kecemerlangannya dalam fisika, juga penampilannya yang selalu serius, Hawking tetaplah seorang manusia biasa. Lebih tepatnya seorang laki-laki yang juga dapat merasakan jatuh cinta.
Kisah cinta Hawking dapat dilacak saat ia menjalani kuliah di jurusan Astro Fisika Universitas Oxford, Inggris. Pada suatu ketika, kampusnya sedang mengadakan sebuah pesta pada 1963. Dalam pesta tersebut, ia berjumpa dengan seorang gadis bernama Jane Wilde, seorang mahasiswi Sastra Inggris Universitas Cambridge.
Dalam sebuah catatan harian yang ditulis Jane Wilde, yang kemudian diadaptasi menjadi film “The Theory of Everything,” terungkap bahwa pada pertemuan Hawking dan Wilde untuk pertama kalinya, Hawking mengucapkan kata “Science”, sementara Wilde mengucapkan kata “Arts”.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, Hawking dan Wilde mulai menyadari bahwa mereka sama-sama cocok, dalam hal apapun. Lebih lagi, mereka berdua memiliki kesamaan dalam hal kecintaan dalam ilmu pengetahuan. Meski menekuni disiplin yang berbeda, keduanya mampu berjalan beriringan.
Saat keduanya larut dalam lautan asmara, Hawking tiba-tiba mengalami kelumpuhan secara mendadak di usia 21 tahun. Saat itu, dokter memvonis bahwa dirinya menderita penyakit motorik syaraf yang melemahkan otot-ototnya (amyotrophic lateral sclerosis). Selain itu, dokter juga menyebut penderita penyakit semacam itu hanya mampu bertahan selama lima tahun.
Mengetahui penyakit yang diderita Hawking, sang kekasih Wilde rupanya tak menjauh. Wilde justru semakin mencintai Hawking. Ia selalu berada di sisi Hawking dan seringkali menyemangati kekasihnya itu untuk terus menjalani hidup. Wilde bahkan menyediakan kakinya untuk menuntun Hawking di kursi roda.
ADVERTISEMENT
“I love you. We will fight this illness together,” ucap Wilde kala itu.
Rasa kasih dan sayang tersebut kemudian berlanjut ke pernikahan keduanya pada tahun 1965. Saat berumah tangga, Wilde menjadi orang yang membantu setiap proyek penelitian Hawking mengenai lubang hitam. Meski banyak yang mencibir penelitian tersebut, Wilde dengan tegar selalu menemani Hawking untuk berdiskusi.
Dari hasil pernikahannya dengan Jane, Hawking dikarunai tiga anak: Robert Hawking (1967), Lucy Hawking (1969), serta Timothy Hawking (1979).
Meski demikian, hari-hari Hawking bersama Wilde rupanya tak berakhir mengenakkan. Pada 1991, keduanya memutuskan untuk bercerai. Ide perceraian itu datang dari Wilde yang merasa bahwa bahtera rumah tangga yang dijalani sudah tak lagi seperti dulu.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah buku berjudul “Music to Move the Stars” yang ditulis oleh Wilde, terungkap bahwa keputusan tersebut diambil karena Wilde tak lagi tahan dengan ‘kehidupan baru’ Hawking. Saat itu, Hawking tengah berada dalam popularitas dunia, yang mengakibatkan kehidupan personal mereka berjarak berupa kesengsaraan.
"Terkadang hidup itu bisa sangat mengerikan. Saya lelah secara fisik dan mental. Saya seringkali berpikiran bunuh diri saja, menenggelamkan diri di sungai atau apapun itu, tetapi hal itu tidak akan saya lakukan, karena saya teringat anak-anak saya," ucap Wilde seperti dikutip dari Telegraph , Sabtu (16/5/2015)
Adanya orang ketiga juga turut mewarnai niatan perceraian tersebut. Mirisnya lagi, orang ketiga itu adalah seorang perawat yang awalnya diniatkan Wilde untuk membantu merawat suaminya.
ADVERTISEMENT
"Seiring kehadiran perawat untuk membantu Stephen, rumah tangga kami semakin tak karuan," lanjutnya.
Selepas bercerai dengan Wilde, Hawking rupanya memang memilih menikahi perawat tersebut, Elaine Mason. Wilde juga memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang musisi, Jonathan Hellyer.
Dari sisi Hawking, menikahi Elaine Mason rupanya juga bukan merupakan opsi yang terbaik. Pada 2006, ia bercerai dengan istri keduanya tersebut. Saat para wartawan bertanya apa alasan ia bercerai dengan Mason, Hawking tak mau menjawab. Seorang sekretaris pribadinya, Jusdith Croadsell, yang justru menjawab pertanyaan para wartawan.
"Ini hanya gangguan yang benar-benar menjengkelkan, kami tidak punya waktu untuk semua ini." ucap Croadsell seperti dikutip dari Telegraph , (20/10/2006).
Sejak perceraiannya yang kedua, Hawking tak pernah lagi menikah. Ia menjalani hidup dalam kesendirian di kediamannya di Cambridge. Hingga akhir hayatnya, ia tetap produktif dalam melakukan penelitian dan menulis sejumlah buku.
ADVERTISEMENT