Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Litbang Kompas: Dedi-Erwan 65%, Ahmad-Ilham 9%, Jeje-Ronal 4,6%, Acep-Gita 4,1%
14 November 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Litbang Kompas merilis survei mereka terkait elektabilitas paslon di Pilgub Jawa Barat 2024. Total ada empat paslon bertarung di Jabar.
ADVERTISEMENT
Mereka adalah Acep Adang Ruhiyat-Gitalis Dwi (Gita KDI), Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja, Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie dan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan.
Hasil Litbang Kompas, paslon Dedi-Erwan unggul telak dari tiga paslon lainnya.
"Di setiap kabupaten dan kota di Jawa Barat menunjukkan hampir dua pertiga bagian pemilih di Jabar 65 persen mengaku memilih pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan di Pilkada mendatang," kata Litbang Kompas dikutip Kamis (14/11).
Sementara paslon Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie berkisar 9 persen. Sedangkan dua paslon lainnya, Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja hanya 4,6 persen dan Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina sebesar 4,1 persen.
"Kondisi itu membuat tak mudah bagi tiga paslon lain untuk mengejar elektabilitas Dedi-Erwan. Terlebih, hanya tinggal 17,3 persen pemilih yang belum menyatakan pilihannya," kata Litbang Kompas.
ADVERTISEMENT
Litbang Kompas menjelaskan, keunggulan Dedi Mulyadi tidak lagi sebatas wilayah yang kerap dikuasainya yakni Purwakarta ataupun Subang. Tetapi terjadi pada setiap lapis wilayah persaingan.
Begitu pula, dari sisi latar belakang politik para pemilih. Bagian terbesar tertuju pilihannya pada pasangan yang diusung oleh koalisi Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PSI, dan sembilan partai nonparlemen.
"Bahkan, para pemilih yang mengaku berasal dari partai pesaingnya, PDI-P, PKB, dan PKS, pun cenderung lebih besar mendukung Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan," kata Litbang Kompas.
Selain itu, keunggulan Dedi-Erwan terbangun dari beragam latar belakang identitas pemilih. Pembedaan pemilih berdasarkan usia ataupun generasi, misalnya, tidak tampak.
"Pasangan ini didukung oleh setiap kalangan secara merata, baik mereka yang berusia muda maupun kelompok usia tua. Sementara pesaingnya cenderung tersegmentasi pada kelompok usia ataupun generasi tertentu," tutur Litbang Kompas.
Berkaca data ini, Litbang Kompas mengatakan pemilih dalam Pilkada Jabar tidak lagi menyandarkan pilihannya pada kedekatan kultur politik wilayah ataupun identitas sosial setiap sosok. Tetapi cenderung pada nilai ketokohan, seperti keterkenalan sosok, preferensi, dan sisi kelebihan pasangan calon gubernur yang bersaing.
ADVERTISEMENT
Litbang Kompas menyebut, sosok Dedi Mulyadi yang telah malang melintang dalam perpolitikan Jawa Barat, dan saat ini sekitar sembilan dari 10 pemilih di Jawa Barat mengetahuinya, cenderung diuntungkan. Sebaliknya, indikator ini menjadi kelemahan dan tidak banyak dijumpai pada para pesaing politik lainnya.
"Dari sisi pengenalan pada setiap sosok pasangan calon gubernur, misalnya, masih belum separuh bagian pemilih yang mengenal pesaing Dedi-Erwan," kata Litbang Kompas.
"Sepanjang pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie, Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja, dan Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina mampu mengatasi persoalan ini, Pilkada Jawa Barat dapat saja berujung pada kejutan politik," tutup mereka.
Survei Litbang Kompas dilaksanakan 1-9 November. Total ada 630 responden di Jawa Barat dengan margin of eror 3,9 persen.
ADVERTISEMENT
Survei seluruhnya dibiayai oleh Harian Kompas.