Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI ), terhitung 6 bulan pertama pandemi corona sejak Maret-September 2020, jumlah limbah medis berupa APD dan masker tercatat sebanyak 1.662,75 ton. Jumlah ini pun belum termasuk bulan-bulan setelahnya.
Tak berhenti di situ, masyarakat juga diminta untuk mengubah kebiasaan dalam membuang limbah medis, seperti masker yang kerap digunakan sehari-hari.
"Karena selama ini kalau kita pulang kantor itu, selalu gunting masker dan membuang, dan disobek-sobek seperti yang kita ikuti selama ini. Tapi kali ini adalah bagaimana kita tidak membuang masker dan tidak membahayakan buat lingkungan. Di masa pandemi COVID-19, jangan buang maskermu [sembarangan]," ujar Sekretaris Utama LIPI, Nur Tri Aries Suestiningtyas, Selasa (16/2).
Permasalahan limbah medis ini akan sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja tanpa penanganan khusus. Tak hanya bisa menimbulkan kontaminasi lingkungan sekitarnya, tetapi juga berpotensi menjadi sumber penyakit berbahaya lainnya.
Lantas, seperti apa penanganan yang harus dilakukan untuk mengatasi persoalan limbah medis ini? Apa lagi yang bisa dilakukan untuk membantu menekan keberadaan sampah medis di sekitar kita?
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait hal ini, kumparan akan berbincang dengan Peneliti Muda LIPI Bidang Lingkungan, Muhammad Reza Cordova, dalam Live Corona Update bertajuk 'Ke Mana Limbah Medis Selama Pandemi Bermuara?'. Diskusi menarik ini akan dilaksanakan Jumat (19/2) besok pukul 14.00 WIB.
Untuk memudahkan kamu menyaksikan live streaming bersama Reza Cordova, kamu bisa menyimpan artikel ini dengan bookmark story ini di smartphone atau laptop. Tandai juga agenda ini pada kalendermu melalui Google Calendar atau iCal.