Lokasi Musala Bergaya China di Kolong Tol Dulunya Pembuangan Sampah

5 April 2018 17:54 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Musala bergaya China di Kolong Tol (Foto: Lolita Valda/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Musala bergaya China di Kolong Tol (Foto: Lolita Valda/kumparan)
ADVERTISEMENT
Setahun yang lalu, kolong Tol Ir Wiyoto-Wiyono yang berada di ruas jalan Warakas Gang 21, Tanjung Priok, Jakarta Utara, ini masih sesak dengan timbunan sampah yang berasal dari warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya dijadikan tempat pembuangan akhir, kolong tol tersebut juga berbaur dengan pemukiman liar serta pedagang kali lima. Lingkungan kotor dan bau menyengat akibat tercemar limbah jadi hal wajar bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi.
Kini kolong tol itu sudah disulap menjadi musala bergaya China yang elok dan bersih. Ialah Yusuf Hamka, seorang mualaf keturunan Tionghoa yang jadi pencetus pembangunan musala.
"Dulu di sini ada tempat pembuangan sampah yang banyak, jadi kumuh. Makanya dibangun musala, selain agar terlihat bersih juga ada manfaatnya bagi masyarakat sekitar," ujar Muntaha, penjaga musala saat ditemui kumparan (kumparan.com) pada Kamis (5/4).
Warga sekitar musala bawah kolong tol (Foto: Lolita Valda/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Warga sekitar musala bawah kolong tol (Foto: Lolita Valda/kumparan)
Mulyadi (48) warga sekita merasa senang dengan adanya pembangunan musala di kolong tol.
ADVERTISEMENT
"Ya senang, kan dulunya ini pembuangan sampah. Kalau begini kan enak, bersih, terus ibadah juga lebih dekat. Tadinya jauh, kalau mau ibadah,"ujar Mulyadi.
Setelah dibangun musala, warga tidak lagi membuang sampah di kolong tol tersebut dan dialihkan ke tempat pembuangan lain.
"Ada di belakang lapangan Sunter, sekarang di situ," tambah Mulyadi.
Musala bawah kolong tol (Foto: Lolita Valda/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Musala bawah kolong tol (Foto: Lolita Valda/kumparan)
Sementara itu, seluruh dana pembangunan musala ditanggung secara pribadi oleh Yusuf Hamka yang merupakan penasihat di di PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.
Muntaha menyebut desain musala bergaya Tiongkok ini bukan untuk membeda-bedakan namun justru untuk menciptakan akulturasi kebudayaan dan toleransi.
"Jadi desainnya seperti ini bukan untuk membeda-bedakan China dengan umat Islam namun untuk mempersatukan budaya," ujar Muntaha.
ADVERTISEMENT
Musala bawah kolong tol (Foto: Lolita Valda/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Musala bawah kolong tol (Foto: Lolita Valda/kumparan)
Ditargetkan pembangunan musala ini akan selasai sebelum bulan Ramadhan tiba.
"Pembangunannya sejak Agustus 2017, sudah 90% targetnya sebelum Ramadan sudah bisa dipakai masyarakat," lanjut Muntaha.
Musala ini mampu menampung 300 hingga 400 jemaah. Meski pembangunan musala sudah mencapai tahap akhir, masih terlihat beberapa tukang bangunan merampungkan sisa-sisa garapan. Nantinya musala ini diberi nama Babah A Loen yang merupakan nama kecil Yusuf Hamka.