Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
KPK mengungkap dugaan keterlibatan anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Bowo Sidik Pangarso dalam kasus dugaan suap distribusi pupuk. Dalam proses penangkapan anggota Komisi VI DPR itu, KPK menemukan uang senilai Rp 8 miliar.
ADVERTISEMENT
KPK menduga uang itu berasal dari berbagai penerimaan, termasuk gratifikasi. Uang itu ditemukan dalam bentuk pecahan Rp 20 ribu, Rp 50 ribu, dan Rp 100 ribu. Uang tersimpan dalam 400 ribu amplop di 84 kardus. Uang itu ditemukan di sebuah kantor di Jakarta.
kumparan mencoba mendatangi kantor PT Inersia yang berlokasi di Jakarta Selatan. Kantor itu diduga sebagai lokasi ditemukannya uang Rp 8 miliar yang diduga akan digunakan untuk 'serangan fajar' jelang Pemilu 2019.
Kantor bernama lengkap PT Inersia Ampak Engineers itu juga santer terdengar karena salah satu pejabatnya, Indung, diduga merupakan perantara suap untuk Bowo Pangarso.
Benar saja, terlihat ada segel KPK yang membentang dari pintu hingga jendela kantor. Kantor PT Inersia Ampak Engineers terlihat kosong tanpa adanya satu pun karyawan atau security yang berjaga di kantor itu.
ADVERTISEMENT
Pagar kantor juga tertutup rapat tanpa ada penjagaan. Suasana di depan kantor itu pun terlihat lengang, kendaraan hilir mudik seperti biasa.
Salah seorang karyawan rumah makan siap saji yang berada di samping kantor PT Inersia Ampak Engineers mengaku tidak mengetahui apa yang terjadi di kantor itu. Namun, menurutnya, sempat banyak orang yang mendatangi kantor tersebut beberapa hari belakangan ini.
"Saya enggak tahu sih ada apa, tapi kemarin ada banyak orang yang datang ke sana (kantor PT Inersia), terus pesan (makanan) ayam di sini, dianter ke sana," ujar karyawan yang enggan disebut namanya itu.
Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan menyatakan pihaknya menemukan uang Rp 8 miliar dalam rangkaian OTT dugaan suap distribusi pupuk yang menjerat Bowo Pangarso. Basaria menduga uang itu digunakan Bowo Pangarso untuk 'serangan fajar' pada Pemilu 17 April 2019 mendatang. Bowo adalah caleg dari dapil II Jateng yang meliputi Kudus, Demak, dan Jepara.
ADVERTISEMENT
"Diduga telah mengumpulkan uang dari sejumlah penerimaan-penerimaan terkait jabatan yang dipersiapkan untuk serangan fajar pada Pemilu 2019 nanti," jelas Basaria dalam konferensi pers di gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/3) malam.
Sementara itu dalam kasus dugaan suap distribusi pupuk, Bowo Pangarso diduga menerima suap sebesar Rp 89,4 juta. Namun, sebelumnya ia diduga pernah menerima Rp 221 juta dan USD 85.130 (sekitar Rp 1,1 miliar).
"Barang ini ditemukan di satu ruangan di PT Inersia," tambah dia.
Suap tersebut diduga diberikan Marketing Manager Humpuss Asty Winasti melalui Indung. Diduga, suap diberikan agar Bowo mengupayakan PT Pupuk Indonesia menggunakan jasa PT Humpuss Transportasi Kimia mendistribusikan pupuk.
Pekerjaan itu, sebelumnya sudah pernah dikerjakan PT Humpuss, namun masa kerja samanya sudah berakhir. "Terdapat upaya agar kapal-kapal PT HTK (Humpuss) digunakan kembali (mendistribusikan pupuk)," kata Basaria.
ADVERTISEMENT