Lonjakan Corona pada Lebaran 2021 Lebih Rendah dari 2020, tapi Jateng Naik 120%

9 Juni 2021 16:49 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis menyiapkan tabung berisi sampel lendir saat tes usap antigen kepada santri pondok pesantren Lirboyo di Puskesmas Pagu, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (22/5/2021). Foto: Prasetia Fauzani/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis menyiapkan tabung berisi sampel lendir saat tes usap antigen kepada santri pondok pesantren Lirboyo di Puskesmas Pagu, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (22/5/2021). Foto: Prasetia Fauzani/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Penanganan COVID-19 saat ini tengah fokus pada lonjakan kasus 3 minggu setelah libur Lebaran 2021. Walau telah diprediksikan sebelumnya, kenaikan kasus positif masih di bawah tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, menyampaikan kenaikan kasus secara nasional usai Lebaran tahun ini paling banyak disumbang oleh lima provinsi, salah satunya yang paling tinggi yaitu Jawa Tengah.
"Tahun ini kenaikan tidak setinggi tahun lalu. Tahun ini terjadi kenaikan sebesar 53,4 persen pada 3 minggu setelah periode Idul Fitri. Kenaikan ini dikontribusikan oleh Jateng 120 persen, Kepri 82 persen, Sumbar naik 74 persen, DKI Jakarta naik 63 persen, dan Jawa Barat naik 23 persen," jelas Wiku dalam keterangannya, Rabu (9/6).
Pada tahun 2020, kenaikan tertinggi yang dicapai dalam tingkat provinsi yaitu hingga 500 persen. Angka tersebut, menurut Wiku, masih jauh dibandingkan dengan tahun ini di mana yang tertinggi hanya 120 persen.
ADVERTISEMENT
Prof. Wiku Adisasmito. Foto: Dok. BNPB
Selain itu, pemicu meningkatkan kasus positif COVID-19 di tingkat provinsi yaitu berasal dari tingkat kabupaten/kota yang kenaikannya cukup signifikan.
"Kabupaten/kota inilah yang berkontribusi besar dalam kenaikan kasus di provinsi," tambahnya.
Di Jawa Tengah misalnya, Kudus menyumbang kenaikan hingga 7.594 persen. Kemudian disusul Jepara hingga 685 persen dan Sragen sebanyak 338 persen.
"Untuk dapat melihat kondisi secara detail, maka harus melihat sampai ke tingkat kabupaten/kota. Jangan sampai terlambat sampai kritis dan tidak terkendali. Untuk itu mohon kepada seluruh wali kota dan bupati dari seluruh kabupaten/kota ini segera memperbaiki penanganan COVID di daerah masing-masing," tutup Wiku.