LP Ma'arif NU Juga Mundur dari Organisasi Penggerak Kemdikbud: Seleksi Tak Jelas

22 Juli 2020 20:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
LP Ma'arif PBNU ikut mundur dari program Penggerak Kemendikbud - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim saat menghadiri Rapat kerja komisi X DPR RI, Selasa (28/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
LP Ma'arif PBNU ikut mundur dari program Penggerak Kemendikbud - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim saat menghadiri Rapat kerja komisi X DPR RI, Selasa (28/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU) PBNU mengundurkan diri dari Program Organisasi Penggerak Kemendikbud. LP Ma'arif NU menjadi organisasi kedua yang mengundurkan diri setelah Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
"Organisasi penggerak yang lolos evaluasi proposal tidak jelas kriterianya, sehingga tidak adanya pembeda dan klasifikasi antara lembaga CSR (Corporate Social and Responsibility) dengan lembaga masyarakat yang layak dan berhak mendapatkan bantuan dari pemerintah," ujar Ketua LP Ma'arif NU, Arifin Junaidi, dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Rabu (22/7).
Organisasi Penggerak menjadi salah satu program Merdeka Belajar besutan Mendikbud, Nadiem Makarim. Program ini bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi para guru penggerak untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan peserta didik.
Sebanyak 156 Ormas yang mengajukan 183 proposal dan lolos tahap evaluasi akan mendapat dana hibah. Anggaran Rp 567 miliar per tahun pun digelontorkan untuk membiayai pelatihan atau kegiatan yang diselenggarakan 156 organisasi terpilih.
ADVERTISEMENT
Organisasi terpilih dibagi menjadi kategori III, yakni Gajah, Macan dan Kijang. Untuk Gajah dialokasikan anggaran sebesar maksimal Rp 20 miliar per tahun, Macan Rp 5 miliar per tahun, dan Kijang Rp 1 miliar per tahun.
LP Ma'arif NU dan Muhammadiyah mundur
Muhammadiyah dan LP Ma'arif NU juga dinyatakan lolos kriteria Gajah, namun memilih mengundurkan diri lantaran mempertanyakan proses seleksi Kemendikbud. LP Maarif NU PBNU meminta Kemendikbud meninjau kembali keputusan tersebut.
"Agar ke depannya tidak terjadi masalah yang tidak diinginkan," tutur Arifin.
Kantor PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
"Hasil seleksi calon organisasi penggerak tidak mencerminkan konsep dan kriteria organisasi penggerak yang jelas," kata Arifin.
Tanoto Foundation dan Sampoerna Foundation adalah dua lembaga yang lolos dalam kriteria Gajah dan disebut-sebut masuk dalam program CSR. Status dua yayasan besar ini dikritik banyak pihak, termasuk Komisi X DPR.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Tanoto Foundation memastikan mereka bukan CSR dan membiayai program Organisasi Penggerak sebesar Rp 50 miliar secara mandiri, bukan dari pemerintah.
Ketua LP Ma'arif NU, Arifin Junaidi. Foto: NU
Kemendikbud juga memastikan pihaknya melakukan proses seleksi dengan baik.
"Melalui program Organisasi Penggerak, organisasi kemasyarakatan bidang pendidikan kita dukung agar lebih berdaya dalam menggerakkan perubahan yang berpusat pada siswa,” jelas Direktur Jenderal (Dirjen) Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Iwan Syahril, dalam siaran pers yang diterima kumparan.
"Organisasi yang terpilih memiliki rekam jejak yang baik dalam implementasi program pelatihan guru dan kepala sekolah,” imbuh Iwan.
Berikut pernyataan lengkap LP Ma'arif NU:
ADVERTISEMENT
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona