Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
LSM Asia Tenggara Terancam Lumpuh Buntut Pemotongan Dana USAID oleh Trump
9 Februari 2025 14:41 WIB
·
waktu baca 3 menit![Ilustrasi USAID. Foto: Shutterstock](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jk7kkegpvsrj4dtpsthwa8mf.jpg)
ADVERTISEMENT
Pemotongan dana Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) oleh pemerintahan Donald Trump mengguncang organisasi kemanusiaan di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Sejumlah LSM terpaksa menghentikan layanan, meninggalkan ribuan orang tanpa akses bantuan medis dan sosial yang selama ini bergantung pada pendanaan AS.
Pasien Tuberkulosis di Kamboja
Pada akhir Januari, Aliansi LSM HIV/AIDS Khmer (KHANA) di Kamboja menerima pemberitahuan mendadak: Pendanaan program tuberkulosis mereka dari USAID ditangguhkan selama 90 hari.
Keputusan ini berdampak langsung pada layanan yang menangani 10.000 kasus tuberkulosis (TB) setiap tahun, termasuk perawatan pencegahan dan pengobatan bagi pasien pedesaan.
“Orang-orang ini kehilangan akses ke layanan. Kami diminta berhenti bekerja, dan banyak pasien bisa gagal melanjutkan pengobatan TB mereka,” kata Direktur Eksekutif KHANA, Choub Sok Chamreun, kepada Al Jazeera.
Program USAID di Asia Tenggara selama ini mendanai berbagai sektor, dari kesehatan hingga pendidikan dan hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
Pada 2023, badan ini mengalokasikan USD 860 juta untuk wilayah tersebut, termasuk Kamboja, Laos, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Namun, kebijakan baru Trump—yang menyebut USAID sebagai “organisasi kriminal” dan berencana membubarkannya—menghentikan sebagian besar proyek.
Elon Musk, pendukung langkah ini, menyebut pemotongan dana sebagai bagian dari efisiensi anggaran.
Pusat Pengungsi di Thailand Ditutup, Pasien Dipulangkan
Dampaknya terasa luas. Sebuah LSM di Thailand yang membantu pengungsi Myanmar melaporkan bahwa sebagian besar pusat layanan kesehatan mereka terpaksa ditutup.
“Kami hanya bisa mempertahankan dua pusat, memulangkan pasien yang stabil, dan menggunakan dana terbatas dari sumber non-AS untuk merawat pasien kritis,” ujar seorang staf LSM yang enggan disebutkan namanya.
Di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar, kamp pengungsi seperti Mae Lae menghadapi krisis baru. Beberapa hanya memiliki persediaan makanan untuk beberapa minggu ke depan.
ADVERTISEMENT
Direktur Manushya Foundation di Bangkok, Emilie Palamy Pradichit, mengaku organisasinya menghadapi dilema besar.
“Kami punya 35 aktivis dan keluarga mereka yang butuh perlindungan. Tanpa dana, kami tidak bisa lagi menampung mereka di rumah aman. Ini bukan sekadar pemotongan dana, ini menghilangkan keselamatan mereka,” kata Pradichit.
USAID Dibubarkan, Ribuan Pekerja Diberhentikan
Kebijakan tidak hanya berdampak pada penerima bantuan, tetapi juga pada ribuan pekerja USAID.
Pada Jumat (7/2), seluruh staf USAID yang direkrut langsung atau tetap akan ditempatkan pada cuti administratif.
Mereka yang bertugas di luar negeri diberi waktu 30 hari untuk kembali ke AS.
Hanya 300 dari 10.000 karyawan yang akan dipertahankan untuk mengelola badan tersebut di bawah Menteri Luar Negeri Marco Rubio.
Seorang mantan karyawan USAID yang bertugas di Asia Tenggara menggambarkan kondisi ini sebagai kekacauan.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada kejelasan. Semua LSM hanya menerima perintah penghentian pekerjaan tanpa tindak lanjut. Banyak organisasi kecil bangkrut karena aturan USAID melarang mereka memiliki cadangan dana lebih dari 30 hari,” katanya.
Meski ada yang mengakui USAID perlu direformasi, banyak yang menganggap pembubarannya sebagai langkah gegabah.
“Mereka memang perlu perbaikan, tapi menutupnya seperti ini menyakitkan dan ceroboh. Yang paling terkena dampaknya adalah LSM kecil dan orang-orang yang benar-benar membutuhkan,” ujar seorang pekerja LSM di Thailand.