Luas Kebakaran Taman Nasional Tanjung Puting Capai 10 Hektar

24 Agustus 2019 10:20 WIB
clock
Diperbarui 19 Januari 2021 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara perahu berlabuh di sungai Sekonyer Taman Nasional Tanjung Puting, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara perahu berlabuh di sungai Sekonyer Taman Nasional Tanjung Puting, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (Kalteng), mengalami kebakaran sejak Jumat (23/8) siang. Balai TNTP mencatat, pada minggu ketiga bulan Agustus ini ada 100 titik panas (hotspot) yang terkonfirmasi di kawasan hutan konservasi orang utan itu.
ADVERTISEMENT
Konsentrasi hotspot dan kebakaran hutan terbanyak berada di 3 (tiga) resort pengelolaan TNTP. Di antaranya Resort Telaga Pulang dan Resort Sungai Perlu yang terletak di Kabupaten Seruyan, serta Resort Sungai Cabang yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat.
"Data luasan (kebakaran) yang masuk baru sekitar 10 hektar," terang Efan Ekandana, Humas Balai TNTP kepada kumparan, Sabtu (24/8).
Foto udara hamparan perkebunan kelapa sawit di Taman Nasional Tanjung Puting, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Menurut Efan, aktivitas wisata fauna orangutan yang ada di Tanjung Puting belum terdampak kebakaran ini. Ia mengkonfirmasi aktivitas wisata masih berjalan normal.
"Untuk wisata sementara belum ada dampak. Tapi kalau intensitas kebakaran hutan meninggi di seluruh Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan bisa saja terdampak aktivitas wisata," ujar dia.
Kebakaran diperkirakan terjadi akibat fenomena El Nino yang membuat tingkat curah hujan sangat rendah di kawasan Tanjung Puting. Selain itu, hotspot juga banyak muncul di zona penyangga tepi kawasan TNTP diduga akibat pembukaan lahan dengan menggunakan api.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah III Tanjung Harapan, Insan Kamil, teknik-teknik berburu dengan membakar lahan di tengah hutan di masa lalu masih diadopsi masyarakat hingga kini.
Orang utan di Camp Leakey, Tanjung Puting. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
"Teknik dan kearifan lokal semacam itu saat ini mesti sangat hati-hati untuk diaplikasikan mengingat kondisi alam yang sudah berbeda, dan paling penting tidak dilakukan di musim kemarau, karena besar kemungkinan api akan merambat cepat," terang Insan dalam siaran pers Balai TNTP.
Hingga berita ini ditulis, api masih berusaha dipadamkan oleh Satgas Karhutla di Provinsi Kalteng. Akses hutan dan ketersediaan air yang minim menjadi kendala dalam pemadaman secara langsung. Sehingga, teknik water bombing menggunakan helikopter dilakukan untuk wilayah yang sulit dijangkau petugas.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Balai TNTP Helmi mengingatkan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar kawasan TNTP serta kewaspadaan petugas pada musim kemarau agar kebakaran tidak terulang dari tahun ke tahun.
“Keterbatasan-keterbatasan di lapangan idealnya bisa diminimalkan dengan peningkatan kemitraan bersama masyarakat sekitar, tujuannya agar secara bersama-sama menjaga kawasan TNTP yang telah menjadi sumber penghidupan bagi banyak orang," ujar Helmi.