Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mahasiswa Fisipol UGM Minta Pratikno dan Ari Dwipayana Pulang ke Kampus
12 Februari 2024 12:20 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Sejumlah mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fisipol UGM berkumpul di kampus Bulaksumur, Sleman, DIY, Senin (12/2). Mereka menyampaikan pernyataan sikap terkait kondisi terkini politik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mereka menyerukan dua gurunya, yaitu Pratikno yang sedang menjabat sebagai Mensesneg dan Ari Dwipayana yang menjabat sebagai Koordinator Staf Khusus Presiden untuk pulang kembali ke kampus.
Pratikno adalah tangan kanan Presiden Jokowi, lulusan Fakultas Kehutanan UGM 1985. Pada tahun yang sama, Pratikno lulus dari Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM. Sedang Ari Dwipayana adalah anak didik Pratikno. Dia lulus dari Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM tahun 1995.
Sebelum masuk Istana Kepresidenan, Pratikno dan Ari adalah dosen UGM.
"Mengapa kita berkumpul hari ini karena situasi demokrasi yang terjadi di hari ini. Kita melihat bahwa kekuasaan ada upaya pencideraan demokrasi untuk kepentingan pribadi dan golongannya oleh kekuasaan," kata Faris Rubiyansyah, perwakilan Mahasiswa DPP Fisipol UGM, Senin (12/1)
"Dan yang lebih disayangkan terdapat civitas academica DPP UGM yang berada di pusaran kekuasaan tersebut," katanya.
ADVERTISEMENT
Faris kemudian membacakan surat yang berisi rasa cinta dan kecewa kepada dua gurunya itu.
"Kepada Pak Pratikno dan Mas Ari Dwipayana, guru-guru kami di Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM. Izinkan kami menuliskan surat ini untuk menyampaikan rasa cinta sekaligus kecewa," katanya.
Faris mengatakan, baru kemarin para mahasiswa mendapat ceramah dari Pratikno dan Ari Dwipayana di kelas mengenai demokrasi. Para mahasiswa diyakinkan demokrasi merupakan sebuah berkah yang harus dijaga.
"Namun, sayangnya, lebih dari 20 tahun sejak datangnya berkah tersebut, demokrasi Indonesia justru mengalami kemunduran. Melihat situasi perpolitikan Indonesia saat ini, rasanya kami semakin resah, sama seperti Mas Ari yang khawatir dengan harga tinggi demokrasi atau seperti Pak Tik yang resah dengan otoritarianisme Orde Baru seperti disampaikan dalam beberapa tulisan di masa lalu," katanya.
ADVERTISEMENT
Faris mengatakan, sejak 2019, mahasiswa telah turun ke jalan memprotes banyak hal yang mengancam demokrasi mulai dari revisi UU KPK, terbitnya UU Cipta Kerja, revisi UU ITE, dan lainnya.
:Lalu hari ini, di tengah perhelatan Pemilu 2024, tampak demokrasi sedang menuju ambang kematiannya. Rakyat disuguhi serangkaian tindakan pengangkangan etik dan penghancuran pagar-pagar demokrasi yang dilakukan oleh kekuasaan," kata Faris.
"Para penguasa dengan tidak malu menunjukkan praktik-praktik korup demi langgengnya kekuasaan. Konstitusi dibajak untuk melegalkan kepentingan pribadi dan golongannya. Melihat ini semua, rasanya demokrasi Indonesia bukan hanya sekedar mundur ataupun cacat, tetapi sedang sekarat," tegasnya.
"Untuk itu, menjadi keharusan bagi seluruh pihak untuk menyadarkan kekuasaan atas perbuatannya. Tolong bantu kami mengingat, bukankah peran yang Pak Tik dan Mas Ari ambil dalam pusaran kekuasaan adalah suatu bentuk upaya untuk menjawab tantangan tersebut? Izinkan kami kaitkan hal itu dengan pelajaran yang pernah kami dapat di DPP," kata Faris.
ADVERTISEMENT
Para mahasiswa, kata Faris, masih ingat suara Pak Tik menyebut kata demokrasi di ruang-ruang kelas. Gema itu yang membangunkan para mahasiswa. Kemudian, saat ini mahasiswa berkumpul untuk menjaga gema itu, memastikan semua mendengar dan mengamini.
"Kami menyaksikan, betapa manifestasi gema itu sungguh terjal. Tapi jeritan dan tangisan nestapa yang tak pernah usai dari siapa-siapa yang sukar merasakan keadilan terus melucuti batin," kata Faris.
"Bagi kami, Pak Tik dan Mas Ari adalah guru, rekan, sahabat, kerabat, dan bapak. Hari ini kami berseru bersama: kembalilah pulang. Kembalilah membersamai yang tertinggal, yang tertindas, yang tersingkirkan. Kembalilah ke demokrasi; dan kembalilah mengajarkannya kepada kami, dengan kata dan perbuatan," tegasnya.
Wakili Pratikno dan Ari Dwipayana Minta Maaf
ADVERTISEMENT
Sebagai pembelajar ilmu politik dan murid Pratikno serta Ari Dwipayana, mahasiswa menyadari permasalahan terkait kemerosotan demokrasi adalah permasalahan sistemik yang disebabkan oleh banyak aktor.