Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Kota Wuhan, China, yang berpenduduk 11 juta tengah diisolasi demi mencegah penyebaran virus corona yang mematikan. Di tengah masyarakat Wuhan, masih ada banyak mahasiswa Indonesia yang bertahan. Mereka sebisa mungkin mencegah penularan virus dengan bertahan di dalam kamar.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah Riza Rizqiyah, mahasiswi Wuhan University of Technology. Perempuan 23 tahun ini menghindari makan di restoran, memilih memasak sendiri makanannya di kamar demi menghindari terlalu banyak kontak dengan warga lokal.
"Saya makan di rumah, masak sendiri. Menjaga kontak dengan orang lokal," kata Riza kepada kumparan, Kamis (23/1).
"Karena kami enggak mau makan di restoran lokal sini, jadi masih waspada sekali. Jangankan untuk makan, berbicara juga kami sedang menjaga," lanjut dia lagi.
Sejauh ini sudah 25 orang meninggal dunia di China akibat virus corona yang tersebar dari Wuhan. Sekitar 830 orang terjangkit virus ini. Penyebaran virus telah sampai ke tujuh negara yakni Taiwan, Vietnam, Jepang, Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Menurut data Kementerian Luar Negeri, ada 428 mahasiswa Indonesia di Wuhan. Namun 90 persennya sedang pulang ke Tanah Air karena masa liburan Tahun Baru China (Imlek).
Riza sendiri memutuskan tidak pulang kampung karena sedang menyusun tesis dan ini adalah tahun terakhirnya studi di Wuhan. Karena itulah, dia tetap berada di Wuhan yang saat ini sedang diisolasi.
"Situasi di Wuhan sampai saat ini terlampau tenang, warga di sini masih sibuk pengadaan Tahun Baru Imlek. Banyak tempat yang ditutup seperti pasar, pertokoan, transportasi umum," kata Riza.
"Banyak orang yang protect dirinya, kaya pakai masker tebal banget. Dan harga vitamin sekarang naik gara-gara ada wabah ini," lanjut dia.
Karena isolasi itu, warga Wuhan dilarang keluar kota. Namun Riza mengatakan, pemerintah kota akan mengganti 100 persen tiket pesawat, kereta, atau bus yang sudah terlanjur dibeli oleh warga.
ADVERTISEMENT
"Wuhan sampai saat ini masih diisolasi, namun dokter masih mencari vaksin. Kabar baiknya, ada satu pasien yang pulih," kata Riza lagi.
Mahasiswa Indonesia di Wuhan lainnya yang hanya ingin dipanggil Ana, mengaku beruntung bisa keluar dari kota itu beberapa jam sebelum isolasi diberlakukan. Selama berada di Wuhan, dia juga menghindari keluar dari kamarnya.
"Saya dan teman kamar saya sebisa mungkin tetap di kamar, masak sendiri," kata Ana.
Ana mengatakan, pertama kali virus ini dibicarakan masyarakat pada awal Januari. Ketika itu masih biasa-biasa saja. Namun ketika virus meluas, kepanikan mulai melanda.
"Pertama kali dengar virus itu Januari tanggal 8 atau 10, masih biasa saja. Pada 14 Januari, masih sempat jalan-jalan. Teman saya ke Beijing, sudah mulai mewabah. Teman yang dia kunjungi di Beijing sempat jadi suspect," kata Ana.
ADVERTISEMENT
"Lalu hectic lagi tanggal 18 Januari, itu sudah mulai ada korban meninggal tiga orang. Setelah 19 Januari, masyarakat panik, pakai masker, menghindari segala aktivitas di keramaian," lanjut Ana lagi.
Menurut keterangan Kemlu RI, sejauh ini tidak ada WNI yang terjangkit virus corona. Imbauan telah dikeluarkan oleh Kemlu agar WNI menghindari Wuhan dan tidak kontak fisik dengan orang dengan gejala virus, seperti batuk, demam, dan sesak.
Bagi WNI dalam kondisi darurat, bisa menghubungi nomor hotline KBRI Beijing @kbribeijing di 8610 6532 5486, atau menggunakan Tombol Darurat di aplikasi Safe Travel Kementerian Luar Negeri.