Mahasiswa UNY Segel Gedung Rektorat, Tuntut Keadilan Kampus

25 November 2019 13:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa UNY demo dan menyegel Gedung Rektorat UNY. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa UNY demo dan menyegel Gedung Rektorat UNY. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menyegel gedung rektorat di Jalan Colombo, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (25/11). Aksi tersebut merupakan buntut dari kekecewaan mahasiswa terhadap kampus yang dinilai tidak berlaku adil.
ADVERTISEMENT
Ketua BEM KM UNY, Wahyu Agung Putra Angkasa, menjelaskan kebijakan tidak adil yang dimaksud adalah sistem kuliah dua tempat yang dijalani mahasiswa D4 Fakultas Teknik. Mereka harus menjalani kuliah teori di kampus UNY Wates, Kabupaten Kulon Progo, dan menjalani praktik di kampus pusat di Jalan Colombo. Jarak antara kedua kampus tersebut sekitar 30 km.
“Tuntutan kami tidak banyak, kami hanya ada satu tuntutan. Nah aksi ini banyak dari Fakultas Teknik, di mana tahun ini kebijakan dari kampus belum berpihak kepada mahasiswa. Hari ini adanya sekolah vokasi di Wates memaksakan teman-teman dari D4. Pada tahun ini, D4 dipaksakan kuliah ada dua, Senin sampai Rabu itu ada di pusat untuk praktik. Lalu yang di Wates Kamis sampai Jumat,” kata Agung di sela-sela aksi.
ADVERTISEMENT
Menurutnya banyak dampak yang dirasakan mahasiswa D4 atau vokasi. Di antaranya, mobilitas yang amat tinggi, keamanan, hingga membengkaknya biaya.
“Puncaknya ketika mahasiswa FT ada yang kecelakaan karena mobilitasnya 30 km dari kampus pusat sampai wilayah (Wates). Aksi pada hari ini menuntut kepada pihak birokrasi untuk tuntutan kami pemindahan perkuliahan D4 sementara ke kampus pusat,” ujar dia.
Mahasiswa UNY demo dan menyegel Gedung Rektorat UNY. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Agung mengklaim mahasiswa sepakat meminta kampus memindahkan kuliah vokasi, baik teori maupun praktik, di kampus pusat. Mereka menuntut agar fasilitas kampus Wates dilengkapi jika memang dipindahkan perkuliahannya.
“Sampai sekarang di kampus Wates belum terpenuhi fasilitasnya. Baru tahun ini (kebijakannya), kami sudah banyak melakukan audiensi tapi Pak Rektor tidak mendengar,” ujar Agung.
ADVERTISEMENT
“Kita pindahkan saja ke sini, kalau fasilitas di sana memadai, baru pindah,” ujar dia.
Para mahasiswa yang didominasi dari Fakultas Teknik ini pun menyegel Gedung Rektorat UNY. Mereka gagal bertemu Rektor UNY Sutrisna Wibawa karena sedang berada di luar negeri.
Mahasiswa UNY demo dan menyegel Gedung Rektorat UNY. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sebelumnya, Rektor UNY Sutrisna sempat membahas persoalan ini di akun Twitternya. Dia mengaku membalas DM seorang mahasiswa yang mengeluhkan kondisi perkuliahan D4 di Wates.
“Perihal DM masuk di salah satu mahasiswa D4 Wates. Saya paham, namun mohon gunakan kata-kata yang baik, selalu berkata positif karena ucapan adalah doa. Mohon bersabar mahasiswa 2019, pemilihan rektor baru insyaallah akhir 2020. Saya hanya 1 tahun lagi kok, enggak akan lama dan tidak akan maju lagi,” kata Sutrisna.
ADVERTISEMENT
Menurut Agung, mahasiswa bukan menuntut Sutrisna mundur dari jabatannya rektor. Mahasiswa menuntut rektor menyelesaikan masalah-masalah di UNY, termasuk kebijakan kuliah D4 di dua kampus.
“Sebenarnya tuntutan kami bukan ganti rektor tapi masalah di UNY diselesaikan. Kami mengecam intervensi dekan-dekan, karena sebelum ini, kami ketua BEM, dipanggil untuk tidak ikut demo,” tegas Agung.
Mahasiswa UNY demo dan menyegel Gedung Rektorat UNY. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
BEM KM UNY 2019 sebelumnya telah melakukan survei yang melibatkan 390 mahasiswa yang berkuliah secara tetap maupun kuliah tidak tetap di kampus Wates. Survei menggunakan metode kuesioner yang dibagikan secara langsung. Berikut hasilnya:
1. Pelayanan akademik dan fasilitas di kampus wilayah Wates belum memadai sekitar 89,23% (348 orang) setuju dengan pernyataan tersebut, dan 10,77 % (42 orang) tidak setuju dengan pernyataan tersebut
ADVERTISEMENT
2. Pelayanan Shuttle bus belum memadai (dari segi kuantitas/jumlah dan kualitas), sekitar 95,12% (371 orang) setuju dengan pernyataan tersebut, dan 4,88% (19 orang) tidak setuju.
3. Bus shuttle jumlahnya belum sepadan dengan mobilitas mahasiswa, sekitar 97,94% (382 orang) setuju dengan pernyataan tersebut, 1,80% (7 orang) tidak setuju, dan 0,26% (1 orang) tidak menjawab
4. Terbatasnya ruang kelas menghambat proses pembelajaran, sekitar 91,79% (358 orang) setuju dengan pernyataan tersebut, 7,95% (31 orang) tidak setuju, dan 0,26% (1 orang) menjawab tidak tahu.
5. Pelaksanaan proses pembelajaran di kampus pusat dan kampus wilayah sangat menyulitkan mahasiswa, sekitar 88,71% (346 orang) setuju dengan pernyataan tersebut, dan 11,78% (44 orang) menjawab tidak setuju.
Mahasiswa UNY demo dan menyegel Gedung Rektorat UNY. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Selain survei, BEM KM UNY juga melakukan pengecekan di lapangan, berikut hasilnya:
ADVERTISEMENT
1. Waktu, mahasiswa D4 membutuhkan waktu lebih dari 1 jam (dengan jarak sekitar 30 km) untuk menempuh perjalanan dari kampus Pusat ke Wates dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan untuk pembelajaran praktek mahasiswa D4 berada di kampus pusat karena Tidak adanya fasilitas yang menunjang untuk kuliah praktek seperti bengkel dan laboratorium.
2. Tenaga, yang dikeluarkan oleh mahasiswa D4 Wates menjadi pertimbangan selanjutnya terlebih untuk mahasiswa yang mengendarai kendaraan pribadinya untuk menjalani perkuliahan praktik dan teori yang berbeda tempat (Kampus Pusat dan Wates) karena Minimnya fasilitas Shuttle Bus yang disediakan.
3. Biaya, banyak mahasiswa D4 yang harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk menyewa dua tempat tinggal di dekat kampus pusat dan kampus Wates karena dampak kebijakan akademik yang menyeleweng dan minim pertimbangan. Selain itu pengeluaran mahasiswa D4 juga bertambah akibat dampak minimnya shuttle bus sehingga mengharuskan beberapa mahasiswa D4 untuk menggunakan kendaraan pribadi dan mengeluarkan ongkos untuk bahan bakar kendaraan pribadi nya yang digunakan untuk mobilitas demi kebutuhan akademik (Satu kali perjalanan pulang-pergi kampus pusat - kampus wates dapat menghabiskan Rp. 15.000,00.-
ADVERTISEMENT
4. Keselamatan minimnya fasilitas transportasi menjadikan banyak mahasiswa D4 yang mengambil alternatif menggunakan kendaraan pribadi untuk pemenuhan kebutuhan akademik (Kampus pusat -Wates). Hal ini tentu sangat riskan dan membahayakan keselamatan mahasiswa dikarenakan beban akademik untuk mahasiswa khususnya D4 FT sangat berat karena berkaitan dengan penggunaan peralatan praktek yang menghabiskan banyak energi, Terlebih untuk jalan yang dilewati adalah jalan lintas provinsi yang sangat rawan kecelakaan karena arus lalu lintas yang sangat tinggi.
5. Kebebasan berorganisasi Pemisahan perkuliahan juga berdampak kepada kebebasan mahasiswa mengakses organisasi atau UKM yang mayoritas menggunakan waktu setelah jam aktif kuliah selesai dan berada di kampus pusat. Dengan pola UKM atau organisasi dan fasilitas transportasi yang minim tentu menyulitkan mahasiswa wates untuk mengikuti berbagai agenda organisasi atau UKM untuk mengasah softskill demi kebutuhan mereka di masa mendatang.
ADVERTISEMENT