Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengaku heran mengapa pemerintah Indonesia menolak bantuan Malaysia untuk menyelesaikan permasalahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
ADVERTISEMENT
Mahathir mengatakan Malaysia telah menawarkan bantuan berupa alat pemadam kebakaran dan alat untuk menjinakkan api (water bombing equipment), namun bantuan tersebut tidak diterima.
Ketika ditanya di sebuah konferensi pers mengapa Presiden Jokowi tidak menerima tawaran tersebut, Mahathir menjawab tidak tahu. Dia pun mengaku tidak pernah bertanya secara langsung kepada Jokowi mengapa menolaknya.
“Bertanya (ke Jokowi) mengapa kamu tidak mau menerima bantuan kami? Saya belum melakukannya. Mengapa anda (wartawan) tidak bertanya kepadanya (Jokowi),” kata Mahathir, seperti dilansir Bernama, Jumat (20/9).
Pemimpin Negeri Jiran itu kemudian ditanya bagaimana kelanjutan dari penanganan masalah kabut asap. Menurut Mahathir, kabut asap bisa diatasi dengan dua cara. Yakni, hujan alami dan menciptakan hujan buatan.
“Kami berdoa untuk hujan. Kami mencoba melakukan penyemaian awan dan meminta orang mengenakan masker,” kata Mahathir.
ADVERTISEMENT
“Kami punya saran sekarang untuk menggunakan drone untuk membentuk hujan buatan. Kita bisa menggunakan beberapa drone, bukan hanya satu, di daerah tertentu khususnya Putrajaya yang sangat terpengaruh oleh kabut asap,” katanya.
Malaysia ikut merasakan dampak dari kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan Indonesia. Asap kabut yang terbawa ke Malaysia akibat angin Muson Barat Daya telah mengurangi kualitas udara di banyak wilayah negara ini.
Tidak hanya Malaysia, asap dari karhutla juga mempengaruhi kualitas udara di Singapura bahkan Thailand.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 10:03 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini