Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Mahathir Didesak Investigasi Pembunuhan Model Mongolia di Malaysia
19 Mei 2018 14:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Presiden Mongolia, Battulga Khaltmaa, mendesak Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, membuka kembali kasus pembunuhan model asal Mongolia, Shaaribuu Altantuya yang tewas di Kuala Lumpur pada 2006 lalu.
ADVERTISEMENT
Altantuya tewas dibunuh menggunakan bahan peledak C4. Jasadnya korban tak pernah ditemukan dan diduga hilang tak berbekas sama sekali.
Diduga pembunuhan Altantuya terkait kedekatannya dengan Abdul Razak Baginda yang merupakan penasihat Najib Razak saat pria itu menjabat sebagai Deputi PM Malaysia 12 tahun lalu.
Presiden Battulga saat menyampaikan selamat ke Mahathir yang baru saja dilantik, menekankan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membuka kembali penyelidikan kematian Altantuya.
Dia meyakini, sudah saatnya orang terdekat Altantuya mendapat keadilan. Di samping itu, dengan dibukanya kembali penyelidikan ini, hubungan Malaysia-Mongolia yang sempat renggang karena kasus pembunuhan itu bisa kembali erat.
"Sebagai Presiden Mongolia, saya memberikan perhatian khusus kepada kasus kriminal yang mengganggu itu yaitu pembunuhan pada Oktober 2006 lalu terhadap seorang warga Mongolia ibu dua anak Shaariibuu Altantuya di Kuala Lumpur," jelas Battulga, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (19/5).
ADVERTISEMENT
Kasus Altantuya ditutup Malaysia usai dua orang mantan polisi dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan setempat pada 2015 lalu.
Namun, kasus tersebut kembali menjadi sorotan setelah diketahui dua orang polisi itu ternyata adalah bodyguard Najib.
Diduga pembunuhan terhadap Altantuya dilakukan karena dia mengetahui korupsi pembelian kapal selam dari Prancis oleh Abdul Razak Baginda pada 2002 lalu.
Diduga kuat Altantuya mengetahui peranan Abdul Razak Baginda serta Najib Razak dalam korupsi itu karena yang bersangkutan adalah mantan penterjemah serta rekan Abdul Razak