Mahfud Cerita Alasan Mundur: Saat Jadi Menko Kadang Diteriaki Cawapres

2 Februari 2024 14:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahfud MD usai membereskan ruang kerjanya di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (2/2). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mahfud MD usai membereskan ruang kerjanya di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (2/2). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mahfud MD telah resmi menyerahkan surat pengunduran diri ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia menyatakan mundur sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM (Menko Polhukam), Kamis (1/2) kemarin.
ADVERTISEMENT
Di hadapan pejabat Kemenko Polhukam, ia pun menceritakan alasannya mundur dari kabinet.
Sejak pencapresannya pada Oktober silam, Mahfud mengaku tidak enak kala dirinya bertugas sebagai Menko Polhukam justru diteriaki cawapres.
"Meskipun dalam aturan itu boleh menjadi menteri sambil menjadi calon, boleh. Tapi, ternyata sesudah menjalani, saya sibuk, terkadang terasa ada konflik kepentingan ketika saya berkunjung ke daerah sebagai menko, tidak sebagai cawapres, terkadang ada saja orang berteriak, 'bapak cawapres', jadi menjadi tidak enak," ujarnya saat berpidato di hari terakhirnya menjabat, di Kantor Kemenko Polhukam, Jumat (2/2).
"Sehingga, saya ya harus berhenti berjalan-jalan atau berkunjung ke mana-mana sebagai Menko Polhukam, karena conflict of interest tidak bisa terhindarkan, antara melaksanakan tugas [sebagai] menko dan kampanye kadang sulit dibedakan," lanjutnya.
Mahfud MD menyampaikan pidato di hari terakhirnya menjabat di hadapan pejabat Kemenko Polhukam, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (2/2). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
Meskipun Mahfud mengaku tidak pernah melanggar aturan sejak resmi maju sebagai cawapres, adanya potensi konflik kepentingan itu membuat dirinya terkadang sulit membagi waktu sebagai menteri atau cawapres.
ADVERTISEMENT
"Terkadang ada hal yang harus ditunggu di sini [Kemenko Polhukam], saya tidak bisa ada di sini. Memang selama ini alhamdulillah saya tidak melanggar aturan sama sekali," tuturnya.
Mahfud saat ini merupakan cawapres nomor urut 03 berpasangan dengan Ganjar Pranowo. Dia memutuskan untuk mundur karena tak ingin mencampuradukkan jabatannya dengan posisi politiknya saat ini.
Ia mengaku sejak awal ditunjuk menjadi pendamping Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 sudah ingin mengundurkan diri sebagai Menko Polhukam. Setelah banyak pertimbangan, kata Mahfud, akhirnya ia memutuskan untuk mundur setelah menunggu momentum yang tepat.
“Nanti kalau saya mundur di depan dulu, orang mengatakan, ‘Lo, kok buru-buru, sih? Yang lain belum’. Maka dulu memang kami bicarakan ketika pertama, ‘Saya harus mundur’. Itu titik,” kata Mahfud di kantornya setelah dari Istana untuk menyerahkan surat pengunduran diri ke Presiden Joko Widodo, Kamis (1/2) kemarin.
ADVERTISEMENT
"Kan tidak mungkin saya against kebijakan atau against calon yang didukung Pak Jokowi lalu saya masih terus, kan, enggak bagus. Sehingga saya harus mundur. Cuma kapan mundurnya? Hingga pada waktu itu kesimpulannya tunggu dulu, tunggu momentum,” cerita Mahfud.
Momentum yang dipikirkan Mahfud kala itu adalah saat pemungutan suara selesai. Akan tetapi, ternyata hari rekapitulasi itu dianggap masih lama. Jadilah kemudian diputuskan mundur pada Kamis (1/2) kemarin.
"Kapan momentumnya? Yang tepat itu setelah pemungutan suara. Karena sesudah itu pemerintah akan berlangsung dan saya merasa enggak layak kalau terus di situ. Kalau sesudah pemungutan suara, itu, kan, masih lama,” pungkas Mahfud.