Mahfud: Keislaman & Keindonesiaan Harus Menyatu, Jangan Berkiblat Timur Tengah

3 Januari 2024 22:54 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
Pasangan Capres dan Cawapres 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menghadiri konser Lilin Putih di Balai Sarbini, Jakarta, Rabu (3/1/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan Capres dan Cawapres 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menghadiri konser Lilin Putih di Balai Sarbini, Jakarta, Rabu (3/1/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Cawapres nomor urut 3, Mahfud MD, menyinggung hubungan antara keagamaan dengan nasionalisme. Ajaran terkait hal ini didapat Mahfud dari tokoh-tokoh Islam seperti Gus Dur, Syafii Ma'arif, dan Nurcholis Majid.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan Mahfud dalam acara bertajuk Konser Lilin Putih di Balai Sarbini, Jakarta, Rabu (3/1).
"Dari merekalah saya mendengar istilah keislaman dan keindonesiaan. Kata mereka keislaman dan keindonesiaan itu harus menyatu. Bukan berarti Islam lalu mau menjadi mendominasi terhadap Indonesia, bukan. Harus menyatu," ujar Mahfud.
Mahfud menjelaskan, sebagai umat Muslim di Indonesia, tak perlu berpatokan dengan negara-negara di Timur Tengah. Karena, kondisi demografi di Indonesia berbeda dengan di sana.
"Islam intinya itu orang Islam, Indonesia itu tidak harus berkiblat ke negara-negara Islam di Timur Tengah. Kita berislam sambil berindonesia dalam satu kesatuan, dan di dalam keislaman itu ada sumpah setia kepada negara," ungkap Mahfud.
"Oleh sebab itu ada istilah hubhulwathan minnal iman, cinta kepada tanah air, bangsa, dan negara itu bagian dari ajaran untuk melaksanakan iman," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Mahfud berpesan bahwa kunci dari persatuan bangsa adalah rasa toleransi. Tidak untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam.
"Justru Islam, umat Islam, melebur ke dalam sebuah bangsa dan tidak boleh berkiblat ke Timur Tengah. Ini adalah Indonesia, ini adalah negara kita," ucap Mahfud.