Mahfud MD: Pilihlah Pemimpin yang Memiliki Keburukan Paling Sedikit

21 Agustus 2018 18:59 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orasi Kebangsaan Mahfud MD, Selasa (31/7). (Foto: Antara Foto/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Orasi Kebangsaan Mahfud MD, Selasa (31/7). (Foto: Antara Foto/Rivan Awal Lingga)
ADVERTISEMENT
Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013, Mahfud MD memberikan kultwit terkait cara memilih pemimpin jelang Pemilu 2019 mendatang. Mahfud berujar, sulit menemukan pemimpin yang benar-benar baik karena setiap manusia memiliki kelemahan. Oleh karena itu, ia berpesan untuk mencari pemimpin yang memiliki kadar keburukan yang paling sedikit.
ADVERTISEMENT
"Pilihlah satu dari alternatif-alternatif yang tersedia. Sulit ada pemimpin yang benar-benar baik karena semua manusia pasti ada kelemahannya," ujar Mahfud lewat akun Twitternya pada Selasa (21/8).
Mahfud pun mengutip kalimat dari Franz Magnis-Suseno, seorang rohaniawan Katolik Indonesia "Kata Franz Magnis: Bukan untuk mencari yang ideal tapi untuk menghalangi yang jahat jadi pemimpin."
Menurut Romo Frans Magnis, Pemilu bukanlah soal perkara memilih pemimpin terbaik, karena sesungguhnya pemimpin yang terlahir tanpa kekurangan itu tidak pernah ada, kecuali para nabi dan rasul utusan tuhan. Oleh karena itu, Pemilu lebih dimaksudkan untuk mencegah pemimpin yang memiliki rekam jejak terburuk berkuasa.
Maksudnya, orang-orang yang memiliki sifat buruk lebih sedikit adalah orang yang lebih pantas dijadikan pemimpin, karena dapat memenangi kebaikan dalam ego dan moralnya.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, Mahfud berpesan agar para pemilih tidak golput. Pasalnya orang yang golput merupakan pemilih yang rasional. Jika mereka tidak memilih, maka yang akan terpilih adalah yang buruk.
"Negara harus berjalan, pemimpin harus ada, Jadi jangan golput," tulis Mahfud lewat akun Twitternya.
Mahfud pun menganalogikan salah satu Kaidah Ushul Fiqh (kaidah hukum-hukum Islam) tentang kebajikan yang berbunyi Dar’ul mafaasid muqaddamun alaa jalbil mashaalih. Yang memiliki arti “Menghindari kerusakan/kejahatan harus lebih diuatamakan daripada meraih kebaikan.”
Ia menambahkan bahwa apa yang dikemukakan oleh Franz Magnis Suseno itu sama dengan Kaidah Ushul Fiqh, oleh karena itu, ia berpesan jangan golput.
"Jadi apa yang dikemukakan oleh Franz Magnis Suseno itu sama dengan Kaidah Ushul Fiqh. Pesannya: memilihlah, jangan golput," tutup Mahfud.
ADVERTISEMENT