Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Ribuan makam di Kampung Apung, Cengkareng, Jakarta Barat, mangkrak terendam air limbah selama lebih dari dua dekade. Air limbah setinggi 2 meter itu, menenggelamkan seluruh bagian makam yang berada di antara ratusan rumah warga.
ADVERTISEMENT
pantauan kumparan (kumparan.com) di lokasi, batu nisan dari makam-makam itu bahkan sudah tak terlihat lagi. Berdasar penuturan warga, lokasi makam-makam tersebut baru bisa dijangkau dengan cara berenang mengenakan peralatan selam.
Salah satu tokoh masyarakat, Marjuki (50), bercerita genangan air yang muncul sejak tahun 1990 itu diduga merupakan dampak negatif dari tata kelola bangunan di Jakarta Barat yang buruk dan tidak memperhitungkan analisis dampak lingkungan.
Padahal dulunya, menurut Marjuki, warga sering berlalu lalang dengan mudah dan nyaman melintasi kompleks pemakaman dan pemukiman itu.
“Banyak pohon rindang di area makam dan rumah warga,” kata Marjuki ditemui kumparan di Kampung Apung, Senin (25/12).
“Itu (genangan air) sejak tahun 1990, dan akhirnya warga mulai memberi jembatan kayu di area makam, karena area makam itu (dulunya) tempat perlintasan warga,” imbuh dia.

Saat pertama kali muncul tanda-tanda genangan air di areal makam, kata Marjuki, pemerintah DKI khususnya yang bertugas di wilayah Jakarta Barat terkesan tidak memberi perhatian serius untuk menyelamatkan komplek makam yang merupakan tanah wakaf dari masyarakat Kampung Apung itu.
ADVERTISEMENT
“Sudah ada genangan air, tapi tidak ada diperhatikan Pemda (pemerintah daerah). Tahun 1992 makam yang luasnya 2 hektar itu sudah tenggelam, tapi masih sempat terlihat batu nisannya,” ujar Dia.
“Memang tanah pemakaman itu merupakan wakaf dari masyarat di sini, tapi tak ada diperhatikan Pemda setempat,” imbuh dia.

Marjuki mewakili warga Kampung Apung sangat berharap agar pemerintah DKI mau memindahkan ribuan makam tersebut ke tempat yang lebih layak, menyedot genangan tersebut dan membangun sekolah di atas bekas area makam itu.
“Maunya masyarakat, kering dan diangkat makamnya. Kita akan kembalikan (berikan) ke pemerintah agar dibangun sekolah yang selama ini hanya ada SD di Kampung Apung, sedangkan SMP dan SMA anak-anak harus ke Cengkareng,” tutupnya.
ADVERTISEMENT