Malam Kelam Robby Alhalim di Ponpes Nurul Ikhlas

28 Februari 2019 10:30 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
Konten spesial: Maut di Pondok Santri Foto: Putri Sarah Arifira, Fitra Andrianto, Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konten spesial: Maut di Pondok Santri Foto: Putri Sarah Arifira, Fitra Andrianto, Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketukan di pintu depan rumah, Senin (11/9) dini hari itu, membangunkan keluarga Yozerizal. Waktu masih menunjukan pukul dua pagi. Tamu yang datang adalah pengelola Pondok Pesantren Nurul Ikhlas, Padang Panjang, Sumatera Barat. Kepada pemilik rumah, ia menyampaikan kabar genting: Robby Alhalim, putra Yozerizal, dirawat di Rumah Sakit Dr. M Djamil Padang Panjang.
ADVERTISEMENT
Robby adalah santri di pondok pesantren Nurul Ikhlas. Tanpa pikir panjang, Yozerizal bergegas ke rumah sakit. Ia berangkat ditemani kakak Robby, Ikhsan. Tiba di rumah sakit, keduanya terperangah mendapati Robby berbaring di kasur. Pada tubuhnya menempel kabel dan selang yang terhubung ke alat penunjang kehidupan.
“Pas saya ketemu sudah kritis. Kalau kata dokter, tingkat orang normal itu 16. Kalau Robby cuma 4, itu kritis,” kata Ikhsan kepada kumparan di kediamannya, Jumat (22/2).
Robbi, Kakak korban. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Badan Robby juga tampak penuh memar-memar. Dokter mendiagnosis remaja 18 tahun itu mengalami pendarahan dalam, paru-parunya bocor. Wajar keluarga terkejut melihat kondisi Robby. Sehari sebelumnya, Minggu (10/9), Ibunya sempat menjenguk ke pondok pesantren. Robby tak menunjukan gelagat aneh. Ia berbincang seperti biasa sambil memainkan ponsel ibunya.
ADVERTISEMENT
Tapi, beberapa jam kemudian, Robby dibawa ke rumah sakit dalam kondisi tak sadarkan diri. Sebelumnya, pengelola Pondok Pesantren Nurul Ikhlas membawanya ke RSUD Padang Panjang. Karena peralatan yang tersedia tak memadai, Robby dirujuk ke RS Dr M Djamil.
Dari kondisi fisiknya, dokter menduga Robby menjadi korban penganiayaan. Kabar itu sampai ke polisi siang harinya. Kasat Reskrim Polres Padang Iptu Kalbert Jonaidi menuturkan, ia langsung memerintahkan anggotanya menindaklanjuti informasi tersebut.
“Jadi, untuk mengecek kebenaran saya perintahkan anggota kesana, dan melakukan penyelidikan lebih lanjut dan ternyata benar ada kejadian itu,” kata dia.
Suasana Masjid usai Salat Jumat di Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas, Kabupaten Tanah Datar, Padang. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Baru keesokan harinya, Selasa (12/9), keluarga resmi melaporkan dugaan penganiayaan itu. Kasus itu awalnya ditangani Polsek X Koto. Hasil pemeriksaan awal mengindikasikan Robby dikeroyok teman-temannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Karena terduga pelaku masih dibawah umur, kasus itu dilimpahkan ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polres Padang Panjang. Polisi mencurigai 19 orang santri terlibat aksi itu. Dari pemeriksaan, polisi menguak peristiwa yang menyebabkan Robby tumbang.
Kamar nomor 4 yang terletak paling pojok di lantai dua Asrama Musa, Pondok Pesantren Nurul Ikhlas, menjadi saksi bisu tragedi yang menimpa Robby. Rentetan peristiwa itu bermula pada, Kamis (7/2) malam. Sekitar pukul 23.00, saat penghuni asrama masuk jam tidur, beberapa santri membawa Robby keluar dari tempatnya tidur di kamar nomor 1.
Suasana di Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas, Kabupaten Tanah Datar, Padang. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Ia digiring ke kamar nomor 4, di sana enam orang santri menganiayanya. Menurut Iptu Kalbert Jonaidi, Robby dituduh melakukan pencurian. “Menurut para saksi, bahwa korban ini perbuatannya sudah membuat resah teman-temannya,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kemarahan santri lain kepada Robby tak selesai sampai di situ. Penganiayaan serupa kembali terulang malam keesokan harinya, Jumat (8/2). Lokasinya sama dengan peristiwa sebelumnya, yakni di kamar nomor 4. Kali ini ada sembilan santri yang melakukan pengeroyokan. Paginya, Robby mengeluh sakit kepala ke wali kamar. Ia mengajukan izin tak ikut kelas pelajaran.
Suasana di Ponpes Nurul Ikhlas. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Puncaknya, putra bungsu dari empat bersaudara ini kembali mengalami penganiayaan pada Minggu (10/2) malam. Saat dikeroyok 10 orang santri itulah Robby tumbang. Iptu Kalbert Jonaidi menjelaskan, penganiayaan selalu terjadi di saat jam tidur santri.
Dari hasil gelar perkara dan prarekonstruksi, polisi menaikkan status 17 santri sebagai 'anak pelaku’—sebutan tersangka untuk anak di bawah umur. Dua orang santri lain masih berstatus saksi. “Kalau peranannya berbeda-beda, ada (yang menganiaya) kamis, jumat dan minggu tidak ada, ada hari jumat tapi hari kamis dia tidak ada, jadi bukan serentak dia 17 orang tidak, tapi beda beda,” ungkap Kalbert.
ADVERTISEMENT
Dari lokasi kejadian, polisi menyita sejumlah barang bukti yang digunakan pelaku. Beberapa di antaranya seperti potongan tangkai sapu, dan sepatu bot. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kata Kalbert, ada juga pelaku yang mengaku menganiaya dengan pukulan dan tendangan.
Suasana di Ponpes Nurul Ikhlas. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Saat ini, 17 anak pelaku tidak ditahan. Setelah menjalani pemeriksaan di Polres selama 8 hari, mereka semua dikembalikan ke pesantren. Meski begitu, proses hukum tetap berjalan. Polres Padang Pajang akan segera merampungkan berkas penyidikan untuk selanjutkan dikirimkan ke Kejaksaaan.
Menurut Kalbert, penganiayaan Robby masih didalami. Salah satu kejanggalan yang mengemuka adalah luputnya insiden itu dari pengawasan pihak pondok pesantren. Padahal, santri diawasi oleh wali kamar, yang juga tidur seruangan dengan Robby di kamar santri nomor 1. Ruangannya dengan para santri hanya terpisah sekat. Ia juga punya akses ke kamar 2,3, dan 4.
ADVERTISEMENT
Kuasa hukum pondok pesantren Zulkifli mengakui, wali kamar punya tanggung jawab mengawasi santri. Tapi, menurutnya, tak mungkin wali kamar memonitor santri 24 jam. Apalagi, penganiayaan Robby terjadi setelah jam tidur para santri.
Zulkifli justru menyayangkan, Robby tak melaporkan kekerasan yang dialaminya. Meski, ia tak menampik ada kemungkinan faktor kelalaian dalam insiden yang menimpa Robby. “Secara tidak langsung bisa dikatakan lalai. Karena itu kan bukan kewenangan kita, biar kepolisianlah yang bekerja. Tapi yang kita sangat sayangkan jangan sepenuhnya pondok disalahkan karena semua salah,” katanya.
Zulkifli, Pengacara Ponpes Nurul Ikhlas. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Di sela proses hukum para anak pelaku, kondisi Robby menurun. Setelah menjalani delapan hari perawatan di rumah sakit, dia akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Senin (18/2). Malam harinya, jenazah Robby dikebumikan di pemakaman keluarga, di Jorong Balai Gadang, Nagari X Koto, Kabupaten Tanah Datar.
ADVERTISEMENT
Kematian Robby membawa duka mendalam bagi keluarga. Mereka tidak menyangka, Robby harus kehilangan nyawa di tempat yang seharusnya bisa memberi perlindungan. Terlebih, Robby sudah menimba ilmu di Pondok Pesantren Nurul Ikhlas sejak di bangku SMP. Kakak-kakak Robby juga bersekolah di tempat yang sama.
Selama itu, menurut Yozerizal, putra bungsunya itu juga tak pernah punya masalah dengan teman-teman. Kini, keluarga menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada polisi.
Simak cerita selengkapnya di topik Maut di Pondok Santri.