Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Malaysia Akan Pulangkan Pembunuh Altantuya dari Australia
8 Juni 2018 13:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Pemerintah Malaysia akan segera mengekstradisi pria pembunuhan model Mongolia Altantuya Shaariibuu. Langkah ini diharapkan bisa mengungkap misteri pembunuhan yang diduga melibatkan Najib Razak tersebut.
ADVERTISEMENT
Dikutip Reuters, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pada Jumat (8/6) mengatakan akan mencabut hukuman mati terhadap Sirul Azhar Umar, satu dari dua tersangka utama pembunuh Altantuya pada 2006 lalu.
Pencabutan hukuman mati ini adalah syarat yang diperlukan agar Sirul dapat diekstradisi dari Australia.
"Sirul tidak bisa pulang ke Malaysia karena Australia tidak memperbolehkan seseorang yang akan dihukum mati kembali ke rumah," kata Mahathir.
"Kami mungkin akan mencabut hukuman mati, dan menggantinya dengan hukuman penjara," lanjut dia.
Namun belum ada langkah dari pemerintah Malaysia untuk pencabutan hukuman mati Sirul.
Sirul yang merupakan polisi pengawal Najib Razak kabur ke Australia usai vonis mati dijatuhkan pada 2014 dan ditangkap di Queensland atas perintah Interpol. Saat ini dia ditahan di pusat detensi imigrasi Sydney dan berupaya mencari suaka.
ADVERTISEMENT
Dalam penyelidikan polisi, Altantuya dinyatakan tewas dibunuh dengan ditembak lalu jasadnya diledakkan dengan C-4. Wanita 28 tahun itu adalah penerjemah dari Abdul Razak Baginda, orang Najib untuk negosiasi pembelian kapal selam Prancis.
Altantuya dan Baginda disebut terlibat cinta terlarang. Altantuya juga diduga meminta uang kepada Baginda agar korupsi pembelian kapal selam itu tidak bocor ke publik.
Hingga saat ini hanya ada dua tersangka dalam kasus tersebut. Sirul dalam pelariannya mengatakan dia hanya pelaku, bukan dalangnya, sehingga hukuman mati tidak tepat. Dia mengatakan, ada orang besar yang berada di balik kasus ini.
Semenjak Najib kalah pemilu pada 9 Mei lalu, seruan untuk membongkar kasus ini semakin kencang, salah satunya disampaikan Presiden Mongolia Battulga Khaltmaa.
ADVERTISEMENT