Malioboro Kini Dikenal sebagai Kawasan Cagar Budaya, Bersiap Diajukan ke UNESCO

12 Februari 2022 7:02 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana baru di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (10/2/2022). Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Suasana baru di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (10/2/2022). Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Rasanya belum ke Yogyakarta, jika belum singgah di Malioboro. Ungkapan ini mungkin yang selalu diingat wisatawan luar kota saat berkunjung ke Yogyakarta. Selama ini, kawasan ini memang dikenal sebagai 'urat nadi' wisata Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Pemda DIY bersama Pemkot Yogyakarta pun ingin kawasan Malioboro menjadi bagian dari sumbu filosofi DIY. Penataan pun dilakukan. Salah satu fokusnya adalah relokasi dan penataan para PKL Malioboro.
Suasana Jalan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (1/1). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Para PKL ini sudah dipindah ke dua lokasi yang kini dikenal sebagai Teras Malioboro 1 (eks Bioskop Indra) dan Teras Malioboro 2 (eks Gedung Dispar DIY).
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti meminta kawasan Malioboro yang baru ini dikenal masyarakat dengan menyebutnya sebagai "Kawasan Cagar Budaya Malioboro".
"Kawasan ini marilah kita sama-sama menyebutnya sebagai Kawasan Cagar Budaya Malioboro," kata Haryadi, dikutip dari Antara, Sabtu (12/2).
Wisatawan berjalan di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (10/2/2022). Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
Dengan nama baru tersebut, ia berharap tidak ada lagi yang menyebut situasi kawasan itu dengan Malioboro pasca-relokasi PKL. Menurut dia, PKL tetap ada di Malioboro, namun digeser di lokasi baru yang lokasinya tak jauh.
ADVERTISEMENT
"Jadi jangan lagi nanti di sini (disebut) pasca-relokasi PKL dan sebagainya, tidak ada karena teman-teman (PKL) bergeser. Bukan di Malioboro tidak ada PKL, tapi PKL-nya bergeser ke Teras (Malioboro) 1 dan teras 2," kata Haryadi.
Pedagang kaki lima (PKL) Malioboro menata dagangan saat proses relokasi di Teras Malioboro 1, Yogyakarta, Rabu (2/2/2022). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
Sesuai dengan permintaan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, menurut dia, Pemkot Yogyakarta siap melakukan penataan lanjutan untuk mempercantik Malioboro. Sebagai bagian dari sumbu filosofi DIY, maka kawasan ini akan diajukan sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.
"Dalam waktu tiga bulan kami mendapat instruksi Pak Gubernur (DIY) untuk segera menata kawasan ini jadi kawasan yang indah, kawasan yang bersih, kawasan yang nyaman untuk semua pengunjung di Malioboro ini," ujar Haryadi.

Kawasan Malioboro Dicat Ulang Warna Putih

Wisatawan berjalan di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (10/2/2022). Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
Haryadi menuturkan dalam penataan lanjutan selama tiga bulan itu, warna bangunan termasuk pertokoan yang ada di Malioboro akan diselaraskan dengan cat warna putih mengacu kondisi awal kawasan itu.
ADVERTISEMENT
"Kami juga akan melihat contoh daripada cat yang sebenarnya di (bangunan) BPD di ujung utara sisi barat kawasan Cagar Budaya Malioboro ini. Jadi nanti warnanya akan kita seragamkan supaya warnanya lebih indah lagi," kata Haryadi.
Suasana baru di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (10/2/2022). Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto
Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan Pemda DIY bersama Pemkot Yogyakarta bakal mempercantik kawasan Malioboro dengan menggencarkan perbaikan berbagai sarana dan bangunan di kawasan itu selama tiga bulan.
"Harapan saya dalam waktu tiga bulan ini perbaikan-perbaikan, rehab tegel (lantai keramik), (saluran pembuangan) limbah, air, dan sebagainya sudah bisa kita lakukan," kata Sri Sultan.
Menurut Sri Sultan, setelah seluruh PKL pindah ke Teras Malioboro 1 dan 2, fokus Pemda DIY dan Pemkot Yogyakarta saat ini adalah membuat kawasan ikon wisata Yogyakarta itu nyaman bagi pengunjung.
ADVERTISEMENT