Manajemen Terbaik Asian Agri untuk Keberlanjutan: Sertifikasi-Ekonomi Sirkular

15 November 2024 14:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susaini, pekerja kebun yang sedang memindahkan janjangan kosong ke sela-sela pokok sawit sebagai pupuk. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Susaini, pekerja kebun yang sedang memindahkan janjangan kosong ke sela-sela pokok sawit sebagai pupuk. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Asian Agri sebagai perusahaan perkebunan dan pemrosesan kelapa sawit berkelanjutan nasional menerapkan praktik manajemen terbaik (Best Management Practices) dalam kegiatan operasional. Praktik ini merupakan wujud dukungan Asian Agri terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNSDGs) sebagai jalan menuju industri minyak sawit berkelanjutan.
Komitmen tersebut tertuang dalam Asian Agri (AA2030), sebuah strategi bisnis jangka panjang yang berfokus pada empat pilar utama dan target-target strategis. AA2030 menjadi penting, sebab manfaatnya tak hanya dirasakan oleh Perusahaan, melainkan juga komunitas lokal dan masyarakat umum.
Head of Operations Asian Agri, Omri Samosir, mengatakan empat pilar utama yang menjadi fokus AA2030 antara lain membina kemitraan yang bermanfaat dengan petani kelapa sawit mendukung pertumbuhan komunitas, meningkatkan upaya perlindungan iklim, dan memastikan praktik produksi yang bertanggung jawab-termasuk dengan penerapan ekonomi sirkular.
Terkait pilar kemitraan dengan petani kelapa sawit, Omri menjelaskan peremajaan (replanting) pohon kelapa sawit menggunakan bibit Topaz kini menjadi prioritas utama hingga 2030. Ini bertujuan untuk mengatasi tantangan penurunan hasil.
“Komitmen mendalam kami terhadap petani kelapa sawit dan rantai pasok kami sangat penting dalam mempromosikan praktik pertanian yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan,” kata Omri dalam keterangan tertulis kepada kumparan.
Tandan buah sawit segar yang baru dipanen. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
“Pada tahun 2023, petani kelapa sawit di Riau mengalami peningkatan penghasilan bruto mereka menjadi sekitar 1,95 kali upah minimum provinsi. Sementara itu, petani kelapa sawit di Jambi kini mendapat sekitar 1,84 kali upah minimum provinsi mereka,” imbuhnya.
“Pendapatan yang meningkat ini tidak lepas dari komitmen Asian Agri, yang mendorong penanaman kembali, untuk mengatasi tantangan penurunan hasil produksi, peremajaan telah menjadi prioritas utama hingga tahun 2030. Sambil menanam kembali perkebunan kami, kami mendorong para petani plasma untuk melakukan hal yang sama, terutama dengan menggunakan benih Topaz unggul kami,” jelas Omri.
Asian Agri juga menyediakan program ekonomi alternatif kepada para petani yang ikut dalam program peremajaan. Selain peremajaan, Asian Agri juga memberikan pendampingan sertifikasi kepada petani lewat Koperasi Unit Desa (KUD). Pendampingan ini mencakup persiapan kebun dan administrasi agar sesuai kriteria sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), dan International Sustainability and Carbon Certificates (ISCC).
Petugas pabrik minyak kelapa sawit Asian Agri sedang memindai kode untuk input data. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Proses pendampingan tersebut memberikan keuntungan bagi petani kecil yang mencakup pelatihan khusus, dukungan terus-menerus, serta panduan penilaian sertifikasi. Sejauh ini, kata Omri, semua perkebunan petani plasma telah mengantongi sertifikasi RSPO dan ISCC. Asian Agri menargetkan sertifikasi RSPO untuk 5.000 petani kelapa sawit, terutama petani swadaya pada 2030, sesuai dengan target AA2030.
Perusahaan akan terus memperkuat dukungan kepada petani kelapa sawit serta memperkokoh kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, guna memastikan tercapainya kewajiban sertifikasi ISPO di seluruh Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2025 mendatang.
“Kami juga berencana untuk memperluas cakupan program Corporate Shared Value (SCV) kami dengan menjalin lebih banyak kemitraan dengan petani mandiri dan memprioritaskan untuk terus meminta umpan balik dari mereka serta para ahli, konsultan eksternal, LSM, dan badan sertifikasi, karena ini membantu memantau kemajuan dan kinerja kami,” jelas Omri.
Limbah dari kelapa sawit diolah menjadi biogas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) di Asian Agri. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Terkait target AA2030 pada pilar kedua yakni dukungan pengembangan UMKM setempat, menurut Omri, perusahaan saat ini baru mencapai 22% dari total wilayah operasional yakni 500.000 hektare. Angka tersebut setara dengan lebih dari 35 UMKM dan 159 desa di sekitar wilayah operasional Asian Agri, berdasarkan rilis Sustainability Report Asian Agri 2023.
Capaian ini direncanakan akan terus bertambah seiring dengan pemberian pelatihan dan modal bagi mereka yang ingin membuat UMKM. Selain dukungan terhadap UMKM, perusahaan berkomitmen mendukung penyediaan lapangan pekerjaan dan memfasilitasi sarana-prasarana untuk bersekolah.
Asian Agri menggunakan POME, yakni limbah sawit, sebagai bahan baku biogas. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Asian Agri lewat AA2030 juga mempromosikan kelapa sawit berkelanjutan melalui praktik manajemen terbaik seperti menggunakan pembangkit listrik biogas untuk operasional. Saat ini, Asian Agri memiliki 11 pabrik biogas yang tersebar di wilayah operasionalnya, yaitu di provinsi Sumatera Utara, Riau, dan Jambi.
Sedangkan di bidang produksi terdapat penerapan ekonomi sirkular yakni pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang lebih berguna sehingga bisa mengurangi limbah organik dari kebun dan pabrik.