Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mang Uyu Marbot Masjid dan Bully yang Dialami Warga Pameungpeuk
5 Maret 2018 19:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Polisi menyatakan Marbot Masjid Besar Pameungpeuk, Garut, Uyu Ruhyana (56), telah melakukan rekayasa terkait adanya penganiayaan terhadap dirinya. Uyu kini menjadi tersangka.
ADVERTISEMENT
Kabar tersebut langsung menjadi viral dan menyebar kepada masyarakat luas, baik sekala nasional maupun internasional.
Akibatnya, masyarakat Pameungpeuk mengaku menjadi cemoohan di media sosial. Padahal pada saat sebelum adanya pernyataan polisi, masyarakat percaya Uyu telah dianiaya. Pameungpeuk adalah wilayah di Selatan Garut, butuh sekitar 2 jam lebih berkendara dari Kota Garut menuju Pameungpeuk.
"Kalau dilihat komentar di Facebook, di media sosial, Twitter, orang Pameungpeuk ini jadi sasaran bullyan, dibully. bahasa negatif, tukang ngabohong, dan lain-lain. Padahal kan kita berbicara melihat apa adanya, kejadian itu Mang Uyu di ikat memang terjadi, memang betul, sebelum ada pernyataan Polisi," kata Yoga, warga Pameungpeuk, Jumat (2/3).
Ia pun mengaku merasa terpukul dan prihatin atas kejadian yang menimpa Uyu.
ADVERTISEMENT
"Pada dasarnya kami warga Pameungpeuk merasa terpukul dari berbagai sisi terutama setelah di blow up ke media, masyarakat terpojokan, bahwa orang Pameungpeuk itu tukang bohong, penyebar hoax. Kejadian memang ada, terlepas memang a,b,c,d," paparnya.
Ketua MUI Hasan Basyari mengatakan runtutan kasus Uyu jangan dilihat pada saat itu terjadi, akan tetapi harus dilihat secara runtutannya.
Dia menyebut sebelum kejadian itu, ada insiden pengrusakan di area sekitar Ustaz Deris di Mancagahar, lalu ada tanda satu kali tanda "X" didepan gang menuju rumahnya, akan tetapi sudah dihapus lagi.
Terlebih isu menyeruak penyerangan terhadap ulama oleh orang gila atau pura-pura gila telah terjadi akhir-akhir ini. Meskipun ia mengakui sebagian merupakan info hoaks, akan tetapi keamanan warga tetap perlu di waspadai, bukan hanya ulama.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan kasus Uyu, pihaknya mengaku prihatin, serta mengakui kabar itu telah menyebar kemana-mana. Akan tetapi ia membantah apabila dikatakan masyarakat Pameungpeuk penyebar hoaks.
"Ya masyarakat dengan Medsos. Ini bukan lagi Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, Indonesia, ini viral sedunia, sebab putra daerah ada yang di Amerika, kontak dengan Facebook saya, ada yang di Malasysia, Brunai, Mekkah itu, viral, sampai-sampai datanglah Kapolres pada esok harinya, siang hari datangnya," ujarnya.
Ketua FPI Kecamatan Pameungpeuk, Toni mengatakan pada saat kejadian sebelum ada pernyataan polisi semua yang berada di lokasi pasti mengira itu kejadian penganiayaan benar terjadi oleh orang tidak dikenal.
Pada dasarnya dia menyebut masyarakat tidak dituntut untuk menganalisa sebuah kejadian perkara, oleh karena akibat isu sebelumnya terkait penganiayaan ulama, maka pada saat itu sontak masyarakat mengaitkan kejadiaan Uyu dengan isu tersebut.
ADVERTISEMENT
"Yang jelas kami sangat prihatin, sehingga kalau kejadian betul adanya, ada kondisi, ada korban yang disinyalir terakhir dinyatakan sebuah skenario pribadi, sebelum ada investigasi di Kepolisian, itu menyakini itu adalah sebuah kejadian nyata," pungkasnya.
kumparan menyambangi kawasan Pameungpeuk akhir pekan lalu. kumparan datang ke Pameungpeuk untuk mengonfirmasi berbagai informasi mengenai Uyu. Sejauh ini polisi menyebut Uyu berbohong agar dikasihani karena dia hanya mendapatkan honor Rp 125 ribu.
Uyu diketahui tinggal di rumah yang disediakan bagi marbot masjid. Uyu juga mendapat jatah mengolah 220 bata sawah. Belum lagi dia kerap dipanggil warga untuk berbagai keperluan.
Uyu memiliki empat anak yang semuanya sudah bekerja. Uyu tinggal di rumah bersama istrinya yang sakit gula, dan kini terpaksa mengungsi pergi dari Pameungpeuk akibat insiden sang suami.
ADVERTISEMENT