Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Mantan Menkeu Rodrigo Chaves Menangkan Pemilihan Presiden Kosta Rika
4 April 2022 18:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Mantan menteri keuangan sayap kanan Rodrigo Chaves akan memulai masa jabatan empat tahun sebagai presiden Kosta Rika pada 8 Mei mendatang. Chaves memenangkan pemilu pada Minggu (3/4) dengan selisih enam persen dari lawannya dalam hasil sementara.
ADVERTISEMENT
"Saya menerima dengan kerendahan hati yang terdalam keputusan suci rakyat Kosta Rika ini. Hasil ini bagi saya bukan medali atau trofi, tetapi tanggung jawab yang sangat besar," tutur ekonom berusia 60 tahun itu kepada kerumunan pendukung di San Jose, seperti dikutip dari AFP.
Mantan presiden berhaluan tengah, José María Figueres, menerima kekalahan tersebut. Figueres mengucapkan selamat dan mendoakan Figueres dalam pidato konsesi.
"Kosta Rika telah memilih dan rakyat telah berbicara. Karena kami demokrat, kami menghormati keputusan itu," kata pria berusia 67 tahun itu.
Usai dilantik, Chaves akan menghadapi tantangan ekonomi negara yang babak belur. Pengangguran dan krisis ekonomi mendominasi kampanye antara dua kandidat tersebut.
Meski mendapati hasil berbeda, kedua kandidat itu memiliki satu kesamaan. Chaves dan Figueres merasa lega sebab skandal-skandal mereka di masa lalu tidak menjadi sorotan selama kampanye.
ADVERTISEMENT
Ketika menjabat di Bank Dunia, banyak wanita melaporkan telah mengalami pelecehan seksual yang dilakukan Chaves. Ia bekerja di lembaga keuangan itu selama 30 tahun. Bahkan saat laporan mencuat, Chaves tidak dipecat. Ia hanya mengalami penurunan pangkat.
Sementara itu, Figueres sempat diselidiki dalam kasus korupsi. Figueres diduga mengambil USD 900.000 dari perusahaan teknik Prancis Alcatel. Perusahaan itu mengaku kerap menyuap para pejabat.
Saat itu, Figueres bekerja di luar negeri sebagai direktur eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF). Ia menolak membeberkan bukti dalam kasus tahun 2004 tersebut. Figueres pun baru kembali ke Kosta Rika pada 2011 ketika penyelidikan telah berakhir.
Kendati demikian, masyarakat tampak lebih fokus pada kondisi ekonomi ketika memilih pengganti Presiden Carlos Alvarado. Sebab, 23 persen dari populasi hidup dalam kemiskinan. Terlebih, skandal korupsi pun telah akrab di telinga mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, angka pengangguran telah melonjak menjadi 14 persen. Bersama Peru, Kosta Rika mengalami penurunan angka ketenagakerjaan terbesar di kawasan itu antara 2019-2020. Para pemilik suara mengungkap kekhawatiran tersebut dengan jelas.
"Presiden berikutnya harus mengubah segalanya karena kami sangat miskin. Tidak ada pekerjaan di sini, tidak ada apa-apa," jelas seorang agen perjalanan berusia 64 tahun di San Jose, Ana Briceno.
"Dalam beberapa tahun terakhir dengan Carlos Alvarado situasinya sangat sulit jadi saya pikir presiden masa depan harus fokus pada ekonomi," ungkap warga berusia 32 tahun, Cristina Aguilar.
Masa depan mereka kini berada di tangan Chaves. Ia diharapkan dapat membangkitkan ekonomi yang sedang dalam krisis.
"Masyarakat Kosta Rika tidak miskin, mereka membuatnya miskin. Masyarakat Kosta Rika tidak tidak setara, mereka membuatnya tidak setara," tegas Chaves.
ADVERTISEMENT
Kosta Rika telah digambarkan sebagai negara 'paling bahagia' di Amerika Latin. Negara itu menuai pujian berkat stabilitas politik, kebijakan lingkungan, dan ekowisata. Namun, industri pariwisata itu terpukul oleh pandemi COVID-19.