Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Marianus Sae, dari Pengusaha, Blokir Bandara, hingga OTT KPK
11 Februari 2018 18:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
KPK menangkap kepala daerah beserta beberapa kepala dinas Nusa Tenggara Timur dalam sebuah operasi tangkap tangan (OTT). Kepala daerah yang ditangkap adalah Bupati Ngada, Marianus Sae.
ADVERTISEMENT
Marianus Sae sebenarnya bukan sosok asing dalam dunia politik. Pria Kelahiran Kampung Bobajo, 8 Mei 1962 ini pernah menjadi karyawan Asuransi Bumi Asih Jaya Kupang, sejak tahun 1986 -1988. Setelah bekerja di perusahaan asuransi tersebut, Ia menjadi karyawan PT. Interpack Jasa Tama Cabang Denpasar dari tahun 1988 hingga 1990.
Tidak hanya menjadi karyawan, ia juga pernah bekerja sama dengan investor asal Australia namun gagal. Gagal menjadi pengusaha, Marianus Sae pindah ke Kalimantan. Namun setahun berselang, Marianus kembali ke NTT untuk bertani.
Marianus Sae mengawali karier politiknya dengan menjadi pengurus DPC Partai Demokrasi Indonesia Kabupaten Ngada tahu 1994-1997. Kemudian sejak 2008, ia tercatat menjadi DPD Partai Amanat Nasional Kabupaten Ngada.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia pernah menjadi Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Ngada di Bali tahun 2006-2008. Di saat yang bersamaan, ia juga menjadi Ketua Forum Pariwisata Ngada di Bali.
Tahun 2010, Marianus berpasangan dengan Paulus Soliwoa maju dalam pemilihan Bupati Ngada, tanpa rintangan yang berarti. Dengan perolehan suara mencapai 48 persen, Marianus-Pulus remi menjadi Bupati Ngada 2010-2015.
Setelah dianggap berhasil, dengan pasangan yang sama, ia kembali maju di pemilihan Bupati Ngada. Dalam pertarungannya yang kedua ini, pasangan ini kembali memenangkan pertarungan dengan mengumpulkan suara sebesar 68,05 persen.
Nama Marianus Sae pernah menjadi perbincangan publik pada akhir 2013. Ketika itu Marianus Sae memblokir Bandara Turelelo Soa, gara-gara dia kesal tidak mendapatkan tiket. Ia memerintahkan Satpol PP untuk menduduki landasan Bandara Turelelo Soa sehingga pesawat Merpati tidak bisa mendarat dan terpaksa kembali ke Bandara El Tari Kupang.
ADVERTISEMENT