Ma'ruf Isi Kuliah Umum di Kyoto, Minta Penerimaan Prioritas bagi Mahasiswa RI

8 Maret 2023 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat memberikan kuliah umum di Universitas Kyoto, Jepang. Foto: BPMI Setwapres
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat memberikan kuliah umum di Universitas Kyoto, Jepang. Foto: BPMI Setwapres
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan kuliah umum di hadapan civitas akademika Universitas Kyoto, Jepang. Kuliah umum itu bertajuk 'Pengalaman Indonesia dalam Memperkuat Dialog Lintas Agama dan Islam Moderat sebagai Kontribusi untuk Menciptakan Perdamaian Dunia'.
ADVERTISEMENT
Ma'ruf lalu menyinggung konflik antara Rusia-Ukraina yang kini berimbas pada munculnya krisis pangan dan krisis ekonomi. Kemudian konflik di Palestina, Suriah, Afghanistan, Yaman dan Libya.
Menurutnya, konflik tersebut membuat dialog antar agama menjadi penting sebagai sarana penyediaan ruang diskusi lintas negara.
“Pilihan investasi penyelenggaraan dialog lintas agama semakin tepat dan semakin urgent saat ini dibandingkan dengan masa-masa lalu. Budaya dialog merupakan sarana ideal untuk membangun jembatan komunikasi antar pemeluk agama dan internal agama. Di sisi lain, tepat sekali ketika ada banyak referensi kognitif, persepsi budaya berbeda, perbedaan posisi politik, kebutuhan akan dialog menjadi nyata, terutama melalui sentuhan kedekatan antar sesama pemeluk agama dengan menciptakan ruang bersama untuk kerja sama dan komunikasi yang menyejukkan,” kata Ma'ruf di Symposium Hall, Universitas Kyoto, Rabu (8/3).
ADVERTISEMENT
Ma'ruf menyebut, badan-badan PBB, kelompok civil society, hingga tokoh agama dan para intelektual melakukan berbagai upaya agar konflik agama dan antar agama tidak terus terjadi.
Ia kemudian mengutip pendapat filsuf Jerman, Hans Küng, terkait pentingnya dialog.
"Tidak ada perdamaian antara bangsa-bangsa tanpa perdamaian antar-pemeluk agama. Tidak ada perdamaian antar-agama tanpa dialog lintas agama. Tidak ada dialog lintas agama tanpa investigasi terhadap fondasi agama-agama," ujar Ma'ruf mengutip pernyataan Hans Küng.
Lebih lanjut, Ma'ruf menegaskan dengan dialog seluruh perbedaan cara pandang dalam melihat sebuah isu dapat disampaikan dan kemudian didiskusikan untuk menghasilkan sebuah keputusan terbaik yang disepakati bersama.
“Dialog adalah pengakuan akan keniscayaan perbedaan dalam arti keberagaman kehidupan manusia secara mutlak, yang mensyaratkan prinsip pengakuan keberadaan dan hak orang lain,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
“Dalam masyarakat multi-etnik dan multi-agama, kebutuhan akan dialog menjadi salah satu pilar untuk merawat serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,” tambahnya.
Oleh karena itu, Ma'ruf menilai dalam setiap dialog lintas agama dan lintas budaya yang dilaksanakan, harus dapat memberikan perhatian kepada masalah-masalah yang menjadi kepentingan peradaban dunia.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menggelar dialog dengan diaspora Indonesia di Jepang, Senin (6/3/2023). Foto: BPMI Setwapres
“Antara lain mempromosikan hidup berdampingan lintas pemeluk agama, menghormati kebebasan beragama bagi setiap individu, membangun etika sosial dan global dalam menangani potensi konflik lintas agama, menyebarkan budaya moderat dalam upaya menyelesaikan fenomena ekstremisme dan tindak kekerasan atas nama agama, dan meningkatkan harkat martabat manusia,” urainya.
“Di samping itu, dialog juga harus berkontribusi bagi penanggulangan kemiskinan dan ketertinggalan dalam pendidikan, serta pencegahan kerusakan lingkungan hidup dan masalah-masalah lainnya,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Ma'ruf Minta Presiden Universitas Kyoto Prioritaskan Penerimaan Mahasiswa Baru bagi Pelajar RI
Wakil Presiden Ma'ruf Amin bertemu Gubernur Kyoto Takatoshi Nishiwaki di Kyoto Guest House, Rabu (8/3/2023). Foto: BPMI Setwapres
Usai memberikan kuliah umum, Ma'ruf melakukan pertemuan dengan Presiden Universitas Kyoto Nagahiro Minato.
Dalam pertemuan tersebut, Ma'ruf menyampaikan harapannya agar Universitas Kyoto dapat memprioritaskan penerimaan mahasiswa baru bagi pelajar Indonesia, termasuk para santri dari berbagai pesantren.
"Kesempatan menuntut ilmu bagi para santri Indonesia pada universitas di Jepang akan berkontribusi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)," kata Ma'ruf.
Ma'ruf menuturkan, kehadiran para santri di Jepang tidak hanya untuk belajar, tetapi juga akan berkontribusi dalam memberikan gambaran mengenai moderasi beragamam, khususnya masyarakat muslim Indonesia.
"Serta mendorong dialog lintas agama untuk menumbuhkan rasa teloransi," tuturnya.