Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Masih Banyak Korban KDRT yang Tak Tahu ke Mana Harus Mengadu
28 Februari 2018 12:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB

ADVERTISEMENT
Kasus seorang ibu yang membunuh tiga anaknya dan disusul upaya bunuh diri merupakan contoh yang menunjukkan bahwa bahaya kekerasan dalam rumah tangga tidak main-main. Di Bali, berdasarkan data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Provinsi tercatat ada 507 kasus kekerasan dalam rumah tangga pada tahun 2017.
ADVERTISEMENT
Jumlah ini termasuk data kasus yang ditangani oleh Polda Bali, P2TP2A masing-masing kabupaten dan kota, termasuk P2TP2A Provinsi Bali. Dari jumlah tersebut, yang paling banyak terjadi adalah kekerasan fisik disusul oleh psikis. Rinciannya terdapat 168 kasus kekerasan fisik, 119 kekerasan psikis.

Jumlah ini rupanya mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2016 yang tercatat ada 165 kasus KDRT jenis fisik dan 85 kasus jenis psikis. Sementara untuk kasus yang hingga menyebabkan kematian, termasuk bunuh diri, masih belum terdata.
Ketua P2TP2A Provinsi Bali, Lely Setyawati, mengatakan pihaknya langsuung turun ketika mengetahui ada kasus di lapangan. Menurutnya yang masih sulit dilakukan adalah upaya pencegahan. Idealnya menurut Lely adalah dengan membuat program-program pencegahan.
ADVERTISEMENT
“Beberapa kasus bunuh diri dan pembunuhan juga sebenarnya kami mediasi. Kami turun ketika sudah tahu ada kasus. Sebetulnya kita bisa buat program-program pencegahan,” ujar Lely, Rabu (28/2).

Sesungguhnya P2TP2A tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota sudah memiliki layanan konseling. Sayang pemanfaatannya belum maksimal. Meski demikian menurut Lely, saat ini warga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga sudah mulai berani melapor.
“Dulu orang enggan dan takut saat mengalami masalah kekerasan di rumah tangga. Kami sedang berusaha membangun pemahaman agar masyarakat tahu ke mana harus cari pertolongan selain mempromosikan fungsi layanan konseling di P2TP2A masing-masing daerah,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara menurut Wakil Ketua LBH Apik Bali, Luh Putu Anggraeni, sebenarnya sudah ada respons dari lembaga-lembaga terkait jika terjadi kasus kekerasan seperti itu. Namun sosialisasi kepada masyarakat terkait keberadaan wadah untuk melapor dan konseling ini masih kurang.
"Kalau dari lembaga, seperti P2TP2A sudah cepat respons untuk kasus yang muncul. Hanya mungkin sosialisasi untuk perempuan tahu bahwa ada layanan gratis untuk konsultasi ini yang masih kurang. Padahal ada ruang-ruang untuk mereka bersuara," ujarnya.
Penyebab Depresi Tidak Tunggal
Melihat kasus seorang ibu yang memutuskan membunuh tiga anaknya yang diduga depresi dikarenakan permasalahan berat yang ia alami dalam rumah tangga, menurut Lely yang juga seorang psikiater, penyebab seseorang depresi tidaklah tunggal.
Menurutnya tidak mudah untuk menentukan alasan seseorang mengalami depresi. Pada kebanyakan kasus depresi, disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, tekanan psikologis baik internal dan eksternal, riwayat trauma masa lalu dan faktor risiko lainnya.

Menurutnya ada beberapa cara mencegah depresi itu sendiri. Antara lain belajar mengelola stres atau tekanan mental sebaik mungkin, menjaga hubungan baik dengan keluarga dan orang sekitar, membekali diri dengan pengetahuan tentang depresi termasuk tanda dan gejalanya.
ADVERTISEMENT
Juga, mengubah kepribadian menjadi lebih terbuka dan realistis dan melakukan penyegaran dari rutinitas untuk membuat diri kembali semangat.