Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Simbol Indahnya Perbedaan

2 Maret 2017 7:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemandangan dari atas bangunan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang berdekatan di Jakarta, Kamis (15/12). Meski memiliki perbedaan dalam keyakinan , hal tersebut tak menjadi halangan bagi kedua pemeluk agama untuk bisa saling menghargai, menghormati dan hidup berdampingan. (Foto: Fanny Kusumawardhani/Kumparan)
Dikenal sebagai bangsa dengan nilai toleransi yang tinggi, masyarakat di Indonesia amat menghargai indahnya perbedaan. Di Ibukota, keindahan toleransi tersebut disimbolkan dengan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang dibangun bersebelahan.
ADVERTISEMENT
Sejak pertama kali dicetuskan gagasan untuk membuat masjid terbesar di Indonesia, Presiden Soekarno sudah memiliki ide untuk membangun Masjid Istiqlal berdekatan dengan Gereja Katedral yang telah dibangun lebih dulu pada tahun 1901.
Saat itu Soekarno menghendaki Masjid Istiqlal dibangun berdampingan dengan Gereja Katedral untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai dasar negara Indonesia, yakni Pancasila.
Indahnya perbedaan juga terlihat dari arsitek yang mendisain Masjid Istiqlal, yakni Fredrerich Silaban, yang beragama Kristen Katolik. Disain masjid Frederich yang bertemakan ketuhanan membuatnya menjadi juara dalam sayembara rancangan Masjid Istiqlal pada tahun 1955.
Pemandangan dari atas bangunan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang berdekatan di Jakarta, Kamis (15/12). Meski memiliki perbedaan dalam keyakinan , hal tersebut tak menjadi halangan bagi kedua pemeluk agama untuk bisa saling menghargai, menghormati dan hidup berdampingan. (Foto: Fanny Kusumawardhani/Kumparan)
Sejak keduanya dibangun berdampingan, toleransi antar umat beragamanya patut diancungi jempol. Toleransi tersebut kerap ditunjukkan khususnya pada hari besar keagamaan.
ADVERTISEMENT
Setiap hari raya Idul Fitri, umat Nasrani dengan senang hati merelakan halaman Gereja Katedral sebagai tempat parkir kendaraan jemaah yang akan beribadah di Masjid Istiqlal. Begitu juga saat perayaan Paskah dan Natal. Pengurus masjid mempersilahkan umat Kristiani untuk memarkirkan kendaraannya di halaman masjid.
Baru-baru ini solidaritas juga terlihat saat umat Muslim melaksanakan aksi Bela Islam 112 yang berpusat di Masjid Istiqlal. Pasangan pengantin yang akan melaksanakan pernikahan di Gereja Katedral mendapatkan pengawalan oleh peserta aksi.
Melihat kendaraan yang ditumpangi pasangan Asido dan Felicia yang kesulitan menembus kerumunan massa, membuat sejumlah peserta aksi turun tangan dan mengawal pasangan tersebut hingga halaman Gereja Katedral.
Pemandangan dari atas bangunan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang berdekatan di Jakarta, Kamis (15/12). Meski memiliki perbedaan dalam keyakinan , hal tersebut tak menjadi halangan bagi kedua pemeluk agama untuk bisa saling menghargai, menghormati dan hidup berdampingan. (Foto: Fanny Kusumawardhani/Kumparan)