Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
11 Ramadhan 1446 HSelasa, 11 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Masjid Lautze 2: Ikon Islam-Tionghoa & Rumah Mualaf di Kota Bandung
8 Maret 2025 9:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Berlokasi di Jalan Tamblong nomor 25-31, Kecamatan Sumur, Kota Bandung, Masjid Lautze 2 punya daya tarik tersendiri. Cat merah pada dindingnya membuat ia kontras dengan bangunan di sekitar, yang kebanyakan ruko berkelir putih.
ADVERTISEMENT
Warna itu diterapkan bukan tanpa alasan. Sejak semula, ia menjadi ciri khas bagi tempat ibadah muslim yang memang mengadopsi gaya timur khas Tiongkok. Bangunan Masjid Lautze 2 jadi Masjid bergaya Tionghoa tertua di Kota Bandung.
Ketua DKM Masjid Rahmat Nugraha mengatakan Lautze 2 berdiri pada tahun 1997 atas inisiasi dari Yayasan Haji Karim Oei yang merupakan nama seorang tokoh nasional peranakan Tionghoa.
Rahmat bercerita, pada saat awal berdiri masjid ini hanya berukuran 6x9 meter, bentuknya pun belum masjid. Peruntukaannya juga masih amat terbatas.
“Itu kita gunakan sebatas untuk pelaksanaan salat zuhur dan asar karena memang masjid pada waktu itu berada di pinggiran kantor. Jadi tutup-bukanya seperti jam kantor,” ujarnya saat ditemui di masjid tersebut, usai salat Jumat (7/3).
Baru secara bertahap, bangunan di kawasan kantor dan ruko itu pun dibentuk masjid, dengan mengadopsi gaya oriental seperti klenteng. Dan seiring mekarnya luas bangunan, berjemaah salat di masjid itu dilakukan pada 5 waktu.
ADVERTISEMENT
Namun, Rahmat mengatakan tujuan berdirinya masjid tak semata itu. Tapi juga sebagai ruang yang disediakan bagi masyarakat keturunan Tionghoa yang ingin mengenal agama Islam. Dalam hal ini, dia bilang Lautze 2 menginduk kepada Masjid Lautze di Jakarta Pusat.
“Kemudian Masjid Lautze 2 Bandung ini menginduk di Jakarta yang di Jalan Lautze, juga Yaitu Masjid Lautze 1. di sana ada Yayasan Haji Karim Oei Yang memang misi-misi awalnya itu untuk wasilah, untuk menjadi sentral bertanya warga keturunan atau ingin masuk Islam,” katanya.
Di sana, Rahmat bilang ada sebanyak 298 mualaf dari kalangan Tionghoa yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat terhitung sejak tahun 2017 hingga sekarang, dari berbagai latar belakang.
Awalnya pada 23 April 2017, ada 28 orang mualaf. Kemudian 2018 ada 32, 2019 ada 48, 2020 ada 31, 2021 ada 31, kemudian tahun 2022 ada 40 orang.
ADVERTISEMENT
“Nah 2023 yang paling banyak, ada 49 orang. Tahun kemarin 31. Sekarang 2025 ada 28. Jadi semuanya totalnya ada 298,” ujarnya.
Tak berhenti di situ. Bagi mereka yang telah memegang keyakinan sebagai muslim, kata Rahmat, disediakan jadwal mengaji saban hari Ahad alias Minggu, mulai pagi. Itu meliputi tadarus dan tahsin Alquran, hingga kajian akidah guna memperkuat keyakinan.
Bagaimana dengan kegiatan masjid Lautze selama Ramadan?
Rahmat menyebut ada banyak. Mulai dari tadarus one day one juz setiap bakda subuh, hingga kegiatan sosial berbagi takjil sebanyak ratusan bungkus bagi mereka yang melaksanakan puasa.
“Kami menyediakan lebih dari 500 sampai 700 yaitu berupa takjil yaitu kurma, kemudian ada air minum, kemudian ada makanan ringan, kue ringan yang kita bagi-bagikan selama sebelum azan Magrib,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
“Di samping itu kita juga menyediakan 250 sampai 300 boks makanan berat,” imbuh Rahmat.
Adapun sumber dana kegiatan itu dia mengungkapkan dibantu oleh sejumlah komunitas. Tak hanya dari sesama Islam, tetapi juga penghayat Tionghoa hingga Budha.
“Makanya, masjid Lautze 2 kita adalah masjid yang rahmatan dan alamin. Yang kita bisa menerima siapa pun yang datang, tidak melihat suku, ras, golongan, agama, mana pun. Selama dalam konteks hubungan hablumminannas, hubungan sosial,” ujarnya.