Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Masjid Rahmatullah: Yang Kokoh Diterjang Tsunami 30 Meter di Aceh
12 Oktober 2018 13:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Masjid Rahmatullah, yang terletak di pesisir Pantai Lampuuk, Lhoknga, Aceh Besar, menjadi saksi bisu dahsyatnya gelombang tsunami yang meluluhlantakkan Aceh, 26 Desember 2004 silam.
ADVERTISEMENT
Gelombang tsunami setinggi 30 meter menyapu pemandangan indah Pantai Lampuuk yang merupakan salah satu objek wisata favorite di Aceh Besar. Seluruh bangunan rata dengan tanah, pohon-pohon tumbang dan jalanan hancur.
Namun di balik kondisi yang porak-poranda itu, Masjid Rahmatullah menjadi satu-satunya bangunan yang masih berdiri tegak meski lokasinya hanya berjarak 500 meter dari bibir pantai. Hanya beberapa sudut bangunan saja yang rusak dan retak, tetapi sebagian besarnya masih utuh.
Bencana dahsyat yang terjadi Minggu pagi itu masih melekat betul dalam ingatan Khairani. Warga Lampuuk itu tak menduga air laut akan naik begitu cepat. Orang-orang panik dan berlari menyelamatkan diri.
“Semua dibawa oleh air, Lampuuk ini dulunya rata dengan tanah. Bahkan pohon kelapa saja tumbang. Cuma masjid ini yang selamat, meski tenggelam ditelan tsunami hingga ke kubah masjid,” kata Khairani kepada kumparan di Masjid Rahmatullah, Rabu (10/10).
ADVERTISEMENT
Khairani mengisahkan air tsunami yang menghandap daerahnya 14 tahun lalu itu bak ular kobra yang ingin menerkam mangsa. Semua disapu bersih oleh air bah, masjid yang terendam juga hanya terlihat kubahnya saja. Bahkan lambang bulan bintang di atas kubah masjid menjadi miring karena derasnya air.
“Lambang itu tidak bisa kita perbaiki. Karena itulah bukti bahwa tsunami Aceh kala itu memang benar dahsyat. Kalau diperbaiki warga meyakini akan rusak dan sejarah tsunami di desa mereka akan hilang,” sebut Khairani sambil menunjuk lambang bulan bintang di atas kubah.
Bila dilihat saat ini, ada beberapa kerusakan di bagian tiang belakang Masjid Rahmatullah. Kerusakan itu memang sengaja tidak diperbaiki agar menjadi saksi sejarah dan kenangan oleh warga. Selain itu juga sebagai obyek wisata bagi wisatawan yang datang.
ADVERTISEMENT
Bagian tiang itu kini telah ditutupi dinding kaca. Di dalamnya juga ada foto-foto kondisi masjid dan perkampungan Lampuuk setelah terkena tsunami. Sisa bongkahan batu karang dan batu-batu koral yang berserakan di atas pasir juga ikut dipajang di sana.
Di sisi kanan pintu gerbang masuk masjid, terdapat museum kecil yang menyimpan foto-foto tsunami. Setiap warga dan wisatawan bebas masuk ke sana, museum ini dijaga oleh seorang pengurus masjid.
Masjid Baiturrahim didirikan secara swadaya dan bertahap, peletakan batu pertama dilaksanakan pada 19 Maret 1990 oleh Bupati Aceh Besar kala itu, H Sanusi Wahab. Pembangunan masjid selesai dan diresmikan pada 12 September 1997, oleh Gubernur Aceh, Syamsuddin Mahmud.
Biayanya untuk pembangunan masjid mencapai Rp 500 juta. Kontruksi bangunan di dalam masjid ini juga tak jauh berbeda seperti masjid Raya Baiturrahman, dan Baiturrahim Ule Lheu, Banda Aceh. Di dalamnya banyak tiang-tiang kecil yang saling berdekatan.
ADVERTISEMENT
Simak selengkapnya konten spesial dalam topik Yang Kokoh Diterjang Tsunami .