Massa Demo di Tel Aviv Usai Tentara Zionis Tembak Mati 3 Sandera Warga Israel

17 Desember 2023 10:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerabat dan pendukung berunjuk rasa untuk pembebasan sandera yang diculik kelompok Hamas di Tel Aviv, Israel, Sabtu (16/12/2023). Foto: Violeta Santos Moura/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kerabat dan pendukung berunjuk rasa untuk pembebasan sandera yang diculik kelompok Hamas di Tel Aviv, Israel, Sabtu (16/12/2023). Foto: Violeta Santos Moura/Reuters
ADVERTISEMENT
Para demonstran yang murka memadati jalanan protokol di Kota Tel Aviv, Israel, setelah tentara Israeli Defense Forces (IDF) mengaku telah secara tidak sengaja membunuh tiga orang sandera di Gaza.
ADVERTISEMENT
Ketiga sandera tersebut — warga sipil Israel, ditembak di titik tempur Shejaiya, Gaza City, lantaran dianggap IDF sebagai ancaman. Padahal, mereka sudah mengibarkan kain putih sebagai simbol bahwa mereka tidak membawa ancaman apa-apa.
Dikutip dari The Independent, massa memblokade jalanan protokol di Tel Aviv pada Sabtu (16/12) malam, menuntut pemerintah agar segera membebaskan sandera lainnya dan menyerukan agar kabinet perang dibubarkan.
Amarah atas pembunuhan tiga pemuda tidak bersalah diidentifikasi bernama Yotam Haim (28), Samer Al-Talalka (25), dan Alon Shamriz (26) ini terjadi ketika pejabat kabinet perang sedang menghadiri rapat di Kementerian Pertahanan Israel untuk membahas strategi serangan.
Kerabat dan pendukung berunjuk rasa untuk pembebasan sandera yang diculik kelompok Hamas di Tel Aviv, Israel, Sabtu (16/12/2023). Foto: Violeta Santos Moura/Reuters
Adapun kabinet perang Israel yang dibentuk usai serangan bersejarah Hamas terjadi itu terdiri dari petinggi-petinggi zionis seperti Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan eks Kepala Staf Umum sekaligus pemimpin oposisi Benny Gantz.
ADVERTISEMENT
Menurut video yang tersebar di media sosial, massa tampak membawa lilin, plakat bertuliskan tuntutan pembebasan sandera segera, dan meneriakkan kalimat seperti 'hari ini kita belajar apa yang terjadi saat tidak ada kesepakatan!'.
Aksi protes ini kemungkinan besar akan menekan pemerintah Israel untuk segera memperbaharui kesepakatan jeda kemanusiaan — yang berhasil diimplementasikan selama hampir seminggu berkat mediasi Qatar pada November lalu, tetapi ogah dilanjutkan oleh Israel.
Sebelumnya, juru bicara IDF Daniel Hagari pada Sabtu (16/12) telah mengkonfirmasi terjadinya insiden pembunuhan 'tak sengaja' yang dilakukan oleh tentaranya. "Tentara salah mengidentifikasi ketiga warga Israel itu sebagai ancaman dan menembaki mereka," ujar Hagari.
Kerabat dan pendukung berunjuk rasa untuk pembebasan sandera yang diculik kelompok Hamas di Tel Aviv, Israel, Sabtu (16/12/2023). Foto: Violeta Santos Moura/Reuters
Hagari mengatakan, pembunuhan terjadi di lokasi pertempuran sengit dengan Hamas dan ketiga sandera diduga melarikan diri sehingga bisa berada di titik tempur. "Mungkin dalam beberapa hari terakhir, atau dalam beberapa hari terakhir, kami masih belum mengetahui semua rinciannya, mereka mencapai daerah ini," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan dari lapangan yang diterima Hagari, tentara IDF melihat ketiga sandera berada puluhan meter di hadapan mereka dan tidak mengenakan pakaian, kecuali mengibarkan kain putih.
"Semua tanpa baju dan memegang tongkat dengan pakaian putih di atasnya. Tentara merasa terancam dan melepaskan tembakan," jelas salah seorang pejabat militer IDF, seperti dikutip dari Reuters.
"Mereka menyebut dirinya teroris, mereka [tentara] melepaskan tembakan dan dua orang langsung terbunuh," sambung dia.
Nyawa sandera ketiga sempat terselamatkan, dia bahkan berteriak dalam Bahasa Ibrani meminta pertolongan. Namun, nahas teriakan itu tidak digubris dan tentara IDF tanpa berpikir panjang tetap lanjut menembakinya.
"Komandan batalion memerintahkan menghentikan tembakan, tapi tetap ada letupan tembakan ke arah yang ketiga ia kemudian tewas," tutup dia.
ADVERTISEMENT