Massa FUIB Apel di Tugu Tani karena Dinilai sebagai Simbol Komunis

29 September 2017 10:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung Tugu Tani (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Patung Tugu Tani (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Selepas salat Jumat, akan ada dua dua demonstrasi yang digelar di Jakarta. Pertama, aksi 299 yang dipusatkan di gedung DPR. Kedua, apel akbar melawan bangkitnya komunisme di Indonesia yang digelar di Tugu Tani.
ADVERTISEMENT
Apel akbar di Tugu Tani, tak jauh dari Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, digelar oleh Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) dengan koordinator Rahmat Himran.
Rahmat Himran ini juga pernah menjadi koordinator Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti Komunis, yang berdemo di kantor YLBHI pada Minggu, 17 September 2017 malam. Unjuk rasa di malam hari itu berakhir ricuh.
Himran memilih lokasi ini bukan tanpa alasan. Himran berpendapat Patung Tani adalah simbol komunisme, sehingga perlawanan pada komunisme dipusatkan di daerah sibuk itu. “(Patung itu) Simbol komunis,” katanya saat dikonfirmasi kumparan, Jumat (29/9) pagi.
Sedangkan dalam undangan terbukanya yang tersebar luas, Himran menyebut, “Patung Tani simbol komunisme yang masih ada di Jakarta.”
Karena merupakan simbol komunisme, Himran mengusulkan agar patung itu tak lagi dipajang. “Dirobohkan saja,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Himran juga memastikan aksinya digelar sesuai rencana. “Ba’da Jumatan,” katanya.
Dalam undangan terbuka, apel ini juga disebut akan dihadiri oleh Mayjen (Purn) Kivlan Zen, Nanang Qosim, dan tokoh dan aktivis antikomunis.
Sudah Sejak Dulu Dituduh Simbol Komunis
Bukan kali ini saja Patung atau Tugu Tani disebut sebagai simbol komunisme. Pada tahun 2001, Aliansi Anti Komunis (AAK) mengancam merobohkan patung itu. Pada tahun 2016, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al-Khaththath juga mengusulkan agar patung itu dirobohkan karena merupakan simbol komunisme.
Sementara, Pemprov DKI Jakarta menyebut patung itu bernama Patung Pahlawan. Patung itu menceritakan seorang ibu yang memberikan bekal kepada anaknya yang hendak berangkat berperang. Patung perunggu sumbangan Uni Soviet yang terpasang di segitiga Menteng itu diresmikan Presiden Sukarno tahun 1963.
ADVERTISEMENT