Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Media AS Ungkap Fitnah Terhadap Rohingya
12 September 2017 12:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB

ADVERTISEMENT
Warga Muslim Rohingya dituduh telah membakar desa-desa mereka sendiri, lalu kabur ke Bangladesh. Tudingan ini disampaikan baik oleh warga Rakhine maupun pemerintah Myanmar, secara sistematis, lengkap dengan bukti-bukti foto pembakaran.
ADVERTISEMENT
Namun tudingan ini banyak yang palsu, malah bisa dibilang fitnah. Hal ini dibuktikan sendiri oleh salah satu media, Associated Press (AP). Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Senin (11/9), media yang bermarkas di New York, Amerika Serikat, ini mendapatkan pengakuan dari seorang biksu saat mengunjungi desa Rohingya yang telah jadi abu, dibakar habis, pada minggu lalu.
Biksu dari kuil tidak jauh dari desa itu mengatakan rumah-rumah itu dibakar sendiri oleh para Rohingya. Bahkan dia mengatakan ada bukti fotonya. "Saya sudah coba menghentikan mereka," kata biksu bernama Zawtika itu.
"Saya mengatakan agar mereka tidak melakukan itu, tapi sepertinya itu keinginan mereka," lanjut Zatwika lagi.
Tidak lama berselang, seorang warga Buddha setempat bernama Maung Maung Htwe menghampiri AP dan memperlihat bukti fotonya.

Foto itu memperlihatkan beberapa orang warga tengah membakar rumah. Api berkobar dari atapnya yang sepertinya terbuat dari rumbia. Terlihat seorang wanita di foto itu tengah menyiramkan api dengan cairan, diduga bensin atau minyak tanah.
ADVERTISEMENT
Ada seorang wanita dan pria dalam foto itu. Wajah keduanya terlihat jelas. Saking jelasnya, para wartawan tahu bahwa itu bukan warga Muslim Rohingya, tapi warga Hindu.
"Jurnalis yang ikut perjalanan itu mengenali kedua orang di foto adalah warga Hindu dari sekolah dekat situ, tempat mereka diantarkan oleh pegawai pemerintah. Sekolah itu penuh oleh pengungsi Hindu yang mengaku rumah mereka dibakar oleh Muslim," tulis AP.
AP melanjutkan, bahkan jika para jurnalis tidak bertemu kedua orang itu sebelum diperlihatkan fotonya, mereka juga tahu bahwa foto tersebut palsu.
Kentara betul, tulis AP, kepala wanita dalam foto ditutupi kain seperti taplak meja, mencoba begitu keras untuk menyerupai jilbab wanita Rohingya.
Satu hal lagi yang tidak bisa ditampik. Wanita yang membakar rumah dalam foto itu mengenakan kaus putih-oranye. Baju itu ternyata dikenakannya juga saat menemui wartawan di sekolah tempat para warga Hindu ditampung.
ADVERTISEMENT
AP sempat mewawancara wanita tersebut, sebelum foto pembakaran diperlihatkan kepada wartawan. Wanita itu yang bernama Hazuli, ibu dari enam anak, mengaku rumahnya dibakar oleh para Rohingya ketika mereka sedang makan.

Pembakar rumah malah mengaku rumahnya dibakar.
"Ketika kami sedang makan, para kalar [sebutan hinaan untuk Rohingya] memasuki desa kami dan mulai membakari rumah kami. Mereka membawa parang dan tombak dan berteriak, 'Kami akan mandi dengan darah orang Hindu'. Jadi kami lari dari rumah kami," kata Hazuli, seperti dikutip AP.
"Jika masih ada Muslim, masalah tidak akan berhenti, tapi jika kalar tidak ada lagi, maka akan lebih damai," lanjut dia.
Hazuli tidak bisa ditemui lagi untuk dikonfirmasi setelah kebohongannya terungkap.
ADVERTISEMENT
Seperti para warga Rakhine, rumor soal Rohingya yang membakar sendiri rumah mereka juga disampaikan berkali-kali oleh pemerintah Myanmar.
Foto itu sempat diberitakan oleh media di Yangon, Eleven Media Group, lalu tautannya diunggah oleh juru bicara pemerintah Zaw Htay di Twitter dengan kalimat provokatif.
"Foto para Benggala membakar rumah mereka!" kata dia, menggunakan kata "Benggala" karena "Rohingya" haram disebutkan pejabat.
Setelah foto itu diragukan keasliannya, Zaw Htay malah memerintahkan pemerintah menyelidiki peristiwa dalam foto itu, menangkap pelaku pembakaran. Polisi, kata Zaw, tengah menginterogasi orang Rakhine yang mengambil foto tersebut.
Sedikitnya 400 orang tewas di Rakhine, dan ratusan ribu Rohingya mengungsi ke Bangladesh. Tentara dan warga Rakhine membakar rumah-rumah mereka, membuat mereka terpaksa mengungsi demi keselamatan nyawa.

Pemerintah Myanmar berdalih, operasi militer dilakukan setelah militan separatis menyerbu pos-pos polisi di Rakhine. Setelah itu, berbagai propaganda dan foto-foto hoax berseliweran dari kedua kubu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek mengunggah foto-foto mayat dan penderitaan warga yang disebutnya Rohingya. Namun ternyata foto itu bukan Rohingya, bahkan bukan di Myanmar, tapi di Rwanda, Simsek langsung mencabutnya dan meminta maaf.
AP mencatat, ada banyak poster-poster anti-Rohingya yang hoax di Twitter. Foto tersebut menampilkan militan Rohingya tengah belajar menembak. Padahal itu foto tahun 1971, ketika latihan relawan pada perang merebut kemerdekaan.
Tuduhan Rohingya membakar sendiri rumah mereka telah disuarakan oleh warga Buddha Rakhine dan pemerintah sejak gelombang kekerasan terjadi pada 2012. Saat itu 100 ribu Rohingya mengungsi, banyak yang menempuh jalur laut yang berbahaya, kemana saja asal lari dari pembunuhan.
Para pejabat Myanmar jarang memberi penjelasan soal mengapa Rohingya membakar rumah-rumah mereka sendiri. Pemikiran logis disampaikan AP dalam tulisannya.
ADVERTISEMENT
"Mengapa kelompok masyarakat yang telah sengsara dan miskin mau menghancurkan rumah-rumah mereka sendiri, menghabiskan tabungan yang sedikit, untuk melakukan perjalanan yang berbahaya ke tempat yang tidak dikenal dan kehidupan yang sangat tidak menentu," tulis AP.