Media Tak Bisa Hindari Disrupsi Digital, tapi Harus Punya Opsi Lain

7 Februari 2023 18:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana seminar Distrupsi Digital dan Tata Ulang Ekosistem Media yang Berkelanjutan di Hotel Gradn Mercure Medan, Selasa (7/2). Foto: Rahmat Utomo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana seminar Distrupsi Digital dan Tata Ulang Ekosistem Media yang Berkelanjutan di Hotel Gradn Mercure Medan, Selasa (7/2). Foto: Rahmat Utomo/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PWI Atal S Depari mengatakan perusahan media tak bisa menghindari disrupsi digital. Sebagai contoh, pemanfaatan Google dan Facebook dalam menyebarkan informasi.
ADVERTISEMENT
“Tak ada sektor yang terhindar dari transformasi digital termasuk media dan profesi wartawan. Persinggungan media dengan teknologi menimbulkan disrupsi konten data dan layanan periklanan yang dioperasikan platform digital. Ini hanya soal waktu. Semua media massa akan mengalaminya," kata Atal di Hotel Grand Mercure, Medan, Selasa (7/2).
Atal menjadi keynote speaker dalam seminar bertema 'Disrupsi Digital dan Tata Ulang Ekosistem Media yang Berkelanjutan'. Menurut dia, setiap media harus menerima segala konsekuensi buruk dari ketergantungan dengan platform digital.
Ilustrasi Media Sosial. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Dia mengatakan, banyak pengelola media yang kecewa dan berpikir untuk meninggalkan platform digital.
“Namun sangat sedikit yang benar-benar melakukan, sebagian besar layaknya seperti tidak bisa meninggalkannya,” ujarnya.
Meskipun begitu, ujar Atal, penting bagi pengelola media untuk tidak sepenuhnya bergantung pada platform digital tersebut.
ADVERTISEMENT
“Penerbit semestinya tidak hanya mengandalkan kerja sama dengan platform digital dalam mendistribusikan konten, meraih pendapatan, dan mengelola data pengguna. Penerbitan harus senantiasa memiliki opsi lain di luar hal itu,” ungkap Atal.
Sejauh ini, kata dia, pemanfaatan platform digital masih cukup peduli dengan jurnalisme dan demokrasi informasi.
“Namun perlu ditegaskan motif utama di balik uluran tangan platform digital adalah kekuatan bisnis yang orientasi utamanya keuntungan ekonomi semaksimal mungkin untuk diri sendiri,” kata Atal.
Fakta itu menunjukkan hubungan antara media dan platform digital yang cenderung berat sebelah.
“Misalnya platform digital secara tiba-tiba mengubah sistem algoritma kerja samanya cenderung merugikan penerbit secara pihak. Selain itu, tidak ada transparan nilai iklan dan data pengguna terkait konten penerbit yang dimanfaatkan platform digital yang semestinya menguntungkan kedua belah pihak,” ungkapnya.
Ilustrasi sosial media. Foto: Shutterstock

Informasi Media Dikontrol Google dan Facebook

Sementara, peneliti media dan komunikasi, Agus Sudibyo, mengatakan harus disadari bahwa 76-81% informasi media saat ini dikontrol Google dan Facebook. Begitu juga periklanan di platform digital, 75% mereka kontrol.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, mau tidak mau pemilik media harus bekerja sama dengan platform digital.
MAntan anggota Dewan Pers ini mengungkapkan, menurut informasi yang diterimanya, pemerintah juga akan mengatur regulasi antara media massa dan platform global.
“Yang terpenting pengelola media (harus) belajar negosiasi dengan pihak Google dan FB, jika tidak bisa, nanti ketika ada regulasi (sayang) enggak bisa menggunakannya,” kata Agus.