Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Megawati Bicara Pemimpin Memble: Main Belakang, Pengecut, Buang Aja Dah
26 Agustus 2024 15:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bicara pemimpin memble saat pidato usai memberikan surat penugasan ke sejumlah calon kepala daerah. Sindir siapa?
ADVERTISEMENT
"Jadi mereka itu (founding father) sudah memberikan warisan sama kita, nation and character building. Selain nation-nya dijaga, kita sebagai manusianya harus jaga harga diri, pintar," kata Megawati di Kantor DPP PDIP, Senin (26/8).
"Saya suka lihat orang duduk aja, duh aku pikir matanya keren banget bersinar mantap. Ini pasti orang pinter," imbuhnya.
Lalu Megawati mencontohkan pemimpin lain yang berkarakter sebaliknya. Memble dan pengecut katanya.
"Tapi bayangin coba.. Kamu aja ketawa, kalau yang berkarakter seperti apa saya contohkan. Kalau yang memble seperti apa. Belum lagi kalau pengecut, belum lagi kalau kerjaannya main belakang melulu, belum lagi kakinya dua tiga empat lima. Aduh," ucap Mega.
Menurutnya, yang seperti itu tidak dibutuhkan oleh PDIP. Ia juga menyebut nama Ketua DPP PDIP bidang Kehormatan Komaruddin Watubun.
ADVERTISEMENT
"Enggak ada deh kalau di PDIP gitu, enggak usah aku ngomong. Udah aku aja, mana orangnya, Pak Komar [Komaruddin Watubun], udah orang itu suruh buang aja dah sama kamu," ujarnya.
"Kayak apa PDIP ada orang kayak gitu. Ya enggaklah, nyari untung sendiri... Ah udahlah, aduh capek juga bayanginnya," sambung Mega.
Sebelumnya di pidatonya, Megawati juga menyinggung kondisi negara yang sedang tidak baik-baik aja. Ia pun sempat berkontemplasi dan membayangkan sedang berbicara dengan ayahnya yakni sang proklamator, Sukarno.
"Mau dijadiin negara apa sih kita, Pak? Kok gini mulu. Ya enggaklah saya enggak bisa terima. Main aja, yang ini begitu, yang itu begitu.
Perenungan itu kontemplasi atas persoalan bangsa akhir-akhir ini menyimpulkan betapa sangat sangat sangat sangat berbahayanya sistem hukum yang melukai moral dan etika, terutama hati nurani.
ADVERTISEMENT