Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Megawati Cerita Peran Bung Karno di Balik Hubungan Indonesia-Uzbekistan
16 April 2025 3:39 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berpidato pada acara pertunjukan teater musik Imam Al-Bukhari dan Sukarno di Gedung Kesenian Jakarta, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Selasa (15/4/2025).
ADVERTISEMENT
Megawati menekankan pentingnya sejarah sebagai pondasi peradaban dan mengutip pesan Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno soal jas merah, sebuah akronim dari 'jangan sekali-kali melupakan sejarah' pada 17 Agustus 1966. Menurut Megawati, sebuah bangsa dan negara bakal hancur ketika melupakan akar sejarah yang pernah dilalui.
"Sebab, jika suatu bangsa telah lupa akan sejarahnya di masa lampau, maka suatu saat bangsa tersebut akan tergelincir dan jatuh," ujarnya.
Megawati kemudian menceritakan hubungan antara Indonesia-Uzbekistan yang terjalin setelah upaya diplomasi Bung Karno.
Megawati mengatakan Bung Karno saat berkunjung ke Uni Soviet pada 1956 bersikeras meminta presiden negara itu Nikita Kruschev menemukan makam Imam Bukhari.
Bung Karno menyatakan niatnya untuk berziarah ke makam Imam Bukhari, ulama besar perawi hadis Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
"Awalnya banyak yang menentang, bahkan lokasi makam nyaris terlupakan. Namun, Bung Karno dengan tegas berkata, Kalaupun harus naik kereta api sendiri, saya akan tetap pergi," kata dia.
Langkah Bung Karno itu membawa dampak besar. Pemerintah Uni Soviet akhirnya merespons permintaan. Makam Imam Al-Bukhari ditemukan pemerintahan Soviet dan mereka memugar tempat tersebut.
Kini, kompleks makam di desa Hartang, 25 kilometer dari Samarkand, Uzbekistan, menjadi destinasi wisata religi yang dikunjungi umat Islam dari seluruh dunia.
"Dari langkah kecil itu, lahirlah perubahan besar. Pemerintah Soviet mulai membuka kembali pintu bagi warisan Islam di Asia Tengah," ujar Megawati.
"Dari langkah kecil itu, lahirlah perubahan besar. Pemerintah Uni Soviet mulai membuka kembali pintu terhadap warisan Islam di Asia Tengah. Imam Bukhari pun kembali hadir dalam kesadaran umat, bukan hanya sebagai tokoh agama, tetapi sebagai simbol pengetahuan, moralitas, dan kebesaran peradaban Islam," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Megawati menyebut Uzbekistan sebagai bagian dari sejarah spiritual Indonesia dan mengutip peri bahasa negara di Asia Tengah itu.
"Jika hati kita dekat, jarak bukanlah penghalang," tandas dia.
Uzbekistan Bagi Megawati: Negara yang Kaya Sejarah Islam
Selain ada kisah dari ayahnya, Megawati juga mengagumi kekayaan akan tradisi Islam di Uzbekistan.
"Uzbekistan adalah negara yang kaya akan sejarah peradaban Islam. Ketika saya ke sana untuk pertama kali, saya sangat tidak menyangka. Kehidupannya sangat hangat, tempatnya itu sangat indah," kata Megawati.
Ia juga menyoroti kecintaan masyarakat Uzbekistan terhadap alam dan tanaman. Bahkan, ia menyebut telah diminta kembali ke Uzbekistan untuk membantu membangun sebuah taman sebagai simbol persahabatan antara kedua negara.
"Mereka meminta saya untuk membuat yang namanya sebuah taman, untuk menjadikan taman itu sebagai sebuah peristiwa persahabatan antara Indonesia dengan Uzbekistan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Megawati, Uzbekistan bukan sekadar negara asing, melainkan bagian dari sejarah spiritual bangsa Indonesia. Megawati menyinggung jejak Presiden Pertama RI, Soekarno, yang membangun hubungan erat dengan Uzbekistan.
"Jejak-jejak dari Presiden Pertama Republik Indonesia telah menunjukkan bahwa persahabatan itu tidak terhalang jarak. Uzbekistan memiliki ungkapan serupa, bahwa jika hati kita dekat, jarak bukanlah penghalang," pungkas Megawati.