Megawati: Jangan Terus Impor-impor, Mari Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Megawati lantik Laksdya Amarulla Octavian jadi Wakil Kepala BRIN. Foto: BRIN

Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri, mengkritik kebijakan pemerintah yang menurutnya hingga saat ini masih banyak melakukan impor terutama pangan.

Megawati meminta agar kebijakan impor ini dikurangi. Ia meyakini, bangsa Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri.

"Jangan impor-impor, mari berdiri di atas kaki sendiri," kata Megawati saat memberikan pidato dalam acara sosialisasi buku teks utama pendidikan pancasila, di The Tribrata, Jakarta Selatan, Senin (21/8).

Megawati yang juga merupakan Ketua Dewan Pengarah BRIN ini menjelaskan, selama dirinya dipercaya menjabat menjadi Dewan Pengarah BRIN, dirinya sudah meriset ada jutaan data kekayaan alam di RI.

"Baru setengah tahun saya perintahkan di BRIN untuk mendata seluruh plasma nutfah, plasma nutfah itu kekayaan yang namanya kita punya alam, dari tumbuhan saja, setengah bulan sudah terdapat 2 juta apa tidak pusing, ya pusing lah, itu belum selesai lho," jelas dia.

Buruh pelabuhan menurunkan sejumlah karung beras impor dari Vietnam dari atas kapal di Pelabuhan Multiguna, Tenau Kupang, NTT, Sabtu (20/5/2023). Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

Plasma nutfah sebagai sumber daya genetik berfungsi sebagai donor gen, untuk tetua persilangan, atau sebagai materi seleksi, dalam rangka perakitan varietas unggul.

Ketua Umum PDIP mengaku heran jika dirinya disebut anti-asing karena melarang impor. Ia menegaskan, Indonesia merupakan negara kaya. Seluruh bahan pangan bisa diproduksi sendiri.

"Saya heran, bukan saya ini lalu 'oh Bu Mega itu anti-asing, oh tidak boleh impor' bukan, tapi ingat petani itu, kenapa kalau impor, coba perhatikan itu, mana dari pertanian? Tidak ada pula, tidak ada ya. Jadi ini semuanya datang dari mana tho? Ditanya Kementeriannya tidak ada yang jawab, tidak ada ya?" kata Megawati.

Megawati lantik Laksdya Amarulla Octavian jadi Wakil Kepala BRIN. Foto: BRIN

Lebih jauh, Megawati menyinggung ketika dirinya menjabat presiden. Ia mengenang kala itu petani berhasil panen raya.

"Waktu saya presiden, saya jaga banget supaya petani boleh panen raya dan berhasil, iya lho, kenapa? Karena dia berupaya banget hasil ini dapat dijual, karena selalu saya tanya, bapak ini tanah mu? Engke, Paculmu? Engke, bibite? Engke," kata Megawati.

"Kalau panen piye? Spearuh didol, didol itu dijual, nanti separuh dimakan. Apa enggak miris ya kalau harganya tertekan karena belum apa-apa sudah impor? Saya tahu latar belakang kenapa harus impor, jangan saya terus mau dibohongi, saya tahu," tutup dia.