Megawati Kritik Soeharto: Bapak Pembangunan, tapi Apa Pembangunannya?

30 Juli 2024 12:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Indonesia Suharto (tengah) menyeka keringatnya saat menyaksikan perayaan HUT ke-50 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di Lanud Halim Perdanakusuma, 05 Oktober 1995. Foto: MACDOUGALL / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Indonesia Suharto (tengah) menyeka keringatnya saat menyaksikan perayaan HUT ke-50 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di Lanud Halim Perdanakusuma, 05 Oktober 1995. Foto: MACDOUGALL / AFP
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato kebangsaan dalam mukernas Perindo di MNC Tower, Jakarta Pusat, Selasa (30/7).
ADVERTISEMENT
Megawati sempat mengkritik Presiden ke-2 RI Suharto. Ia menilai, dari perspektif sejak, ada black dot antara dirinya dengan Soeharto.
"Ketika Pak Harto jadi presiden itu menurut saya dari seluruh perjalanan sejarah kita itu merupakan black dot," kata Megawati.
Megawati membeberkan alasannya. Menurutnya, ada masalah dengan cara berpikir Suharto selama menjabat presiden. Ia menerapkan de-sukarnoisasi.
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato penutup pada hari terakhir Rakernas V PDIP di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta, Minggu (26/5/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
De-sukarnoisasi adalah kebijakan yang diambil pemerintah Orde Baru untuk memperkecil peranan dan kehadiran Sukarno dalam sejarah dan dari ingatan bangsa Indonesia. Megawati merasa menjadi korban dari kebijakan ini.
"Saya enggak ada masalah dengan beliau, tapi cara berpikir dan politiknya waktu itu beliau saya sendiri sampai hari ini saya tak mengerti saya jadi korban, juga teman-teman saya waktu itu," ucap Megawati.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak boleh kuliah dengan tidak ada reason alasan, apa alasannya? Karena waktu itu beliau melakukan de-sukarnoisasi dan tidak mengerti saya kalau de-sukarnoisasi, so what? Apa yang akan dia tampilkan?" tambah dia.
Presiden ke-2 Soeharto bersama putri sulungnya Siti Hardijanti atau Tutut menjelang kedatangan Presiden Abdurrahman Wahid, pada 8 Maret 2000. Foto: WEDA / AFP
Ketua Umum PDIP ini mengatakan Soeharto adalah bapak pembangunan. Namun ia tidak melihat pembangunan apa yang ditinggalkan Suharto.
"Tentu kritik membangun. Beliau hanya dapat gelar bapak pembangunan tapi apa pembangunannya? Bagi kami pembangunan paling penting pembangunan mental bangsa bukan fisik," kata Megawati.