Megawati Singgung Era Kelam Soeharto: Mau Begitu Lagi? Katanya Pancasila

5 Agustus 2024 18:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarno Putri menyerahkan duplikat bendera merah putih ke Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono ke X di Balai Samudera, Jakut, Senin (5/8/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarno Putri menyerahkan duplikat bendera merah putih ke Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono ke X di Balai Samudera, Jakut, Senin (5/8/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri, menyinggung era orde baru yang menurutnya kelam. Ia mengingatkan masyarakat agar jangan sampai Indonesia mengulang orde baru.
ADVERTISEMENT
Mulanya Megawati menceritakan zaman saat ayahnya, Presiden pertama Indonesia Soekarno yang diasingkan usai digulingkan oleh Soeharto. Dia mengatakan Indonesia yang memiliki Pancasila sebagai nilai yang dianutnya mampu bertindak demikian kepada ayahnya yang merupakan pendiri negara.
"Jadi saya kan. Haduh. Nanya. Sama bapak saya. Bapak saya nggak ada loh kertas. Bahwa dia tahanan. Dia apa. Tak pernah dihukum. Nggak ada pengadilannya. Hanya diisolir. Diisolir. Isoler apa ya? Isolasi. Nggak boleh terima tamu. Kalau keluarga aja. Harus pakai izin. Aduh saya pikir gila juga deh ini republik yang katanya Pancasilais," ujar Mega dalam pidatonya di Balai Samudera, Jakarta Utara, Senin (5/8).
Presiden kedua RI, Soeharto didampingi Wiranto di belakangnya. Foto: Reuters
Presiden ke-5 RI ini menegaskan, dirinya tidak memiliki masalah pribadi dengan Soeharto. Namun, sangat menyayangkan peristiwa yang menimpa ayahnya hingga keluarganya.
ADVERTISEMENT
"Lalu-lalu kan zaman Pak Suharto. Saya tidak punya masalah loh sama beliau secara pribadi. Tapi ini adalah fakta sejarah. Yang saya ceritakan. Jadi bukan saya provokator. Jadi itu apa. Loh. Loh kok desukarnoisasi," kata Megawati.
"Saya bingung sendiri juga loh. Niatnya desukarnoisasinya apa. Hanya nahan bapak saya. Kami keluarga terkena juga. Nggak boleh sekolah. Nggak boleh kuliah. Saya kalau ingat itu gila juga nih republik," sambungnya.
Monumen patung Presiden Pertama Indonesia Soekarno melambaikan tangan sambil memegang tongkat komando berdiri tegak di Kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Kamis (19/8). Foto: FB Anggoro/ANTARA FOTO
Megawati pun mengingatkan, jangan sampai Indonesia yang telah melalui masa reformasi kembali ke era Soeharto. Dia berpesan untuk tidak hanya meneriakkan Pancasila, namun juga menjalankannya.
"Masa mau begitu lagi? Ayo. Katanya ideologi Pancasila. Gitu. 'Pancasila'. Aduh kalau saya udah denger kayak gitu gila. Cuma teriak juga nggak dijalanin. Gitu loh. Mbok ikuti aturan republik ini loh. Mbok jangan main-main lagi lah," tegas Mega.
ADVERTISEMENT
"Coba. Coba toh. Masa kita mau gini buat seperti itu lagi? Ya enggak lah. Makanya saya bilang. Saya ngomong aja. Kalau menganggap bahwa negara ini demokrasi," tutur dia.