Meksiko dan Argentina Desak PBB Turun Tangan Terkait Distribusi Vaksin COVID-19

24 Februari 2021 7:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas kesehatan memberikan dosis vaksin penyakit coronavirus (COVID-19) di Dakar, Senegal, Selasa (23/2). Foto: Zohra Bensemra/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas kesehatan memberikan dosis vaksin penyakit coronavirus (COVID-19) di Dakar, Senegal, Selasa (23/2). Foto: Zohra Bensemra/Reuters
ADVERTISEMENT
Presiden Meksiko dan Argentina mendesak PBB dan negara kaya ikut memberikan bantuan vaksin COVID-19 kepada negara miskin. Sebab mereka menilai distribusi vaksin saat ini tidak memadai.
ADVERTISEMENT
Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, mengatakan skema PBB dalam memastikan negara miskin bisa mendapatkan vaksin tidak berhasil. Sebab 80 persen distribusi vaksin COVID-19 hanya terkonsentrasi di 10 negara.
“Di mana persaudaraan universal? Ini sama sekali tidak adil,” kata Obrador dikutip dari Reuters, Rabu (24/2).
"PBB harus turun tangan, karena ini terlihat seperti vas bunga, itu (distribusi vaksin merata) hiasan,” tambah dia.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengadakan konferensi pers di National Palace di Mexico City. Foto: Mexico's Presidency/Handout via REUTERS
Obrador juga menuduh beberapa negara kaya 'menimbun' pasokan vaksin. Melalui Menteri Luar Negeri, Marcelo Ebrard, Meksiko sudah menyampaikan keprihatinan atas masalah tersebut di Dewan Keamanan PBB.
Sementara Presiden Argentina Alberto Fernadez sependapat dengan pernyataan Obrador. Selain itu, ia bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak agar vaksin dinyatakan sebagai barang global.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil penelitian Our World In Data yang berbasis di Oxford, Meksiko telah memberikan 1,3 vaksin per 100 populasi dan Argentina 1,6 per 100 populasi.
Sedangkan Inggris telah melakukan 27,0 dan Amerika Serikat 19,2. Rata-rata dunia adalah 2,7.
Ketidaksetaraan dalam distribusi vaksin telah menimbulkan kritik bahwa semua kecuali negara terkaya di dunia harus menunggu berbulan-bulan, jika tidak bertahun-tahun, untuk mendapat vaksin COVID-19.