Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Tahun 2016 itu, Mela berusia 16 tahun saat menjalin hubungan dengan kakak kelasnya. Mula-mula, semua biasa saja. Namun lewat tiga bulan berpacaran, sang pacar meminta Mela berpose nakal dan membuat video mesum untuk disimpan olehnya. Katanya, sebagai bukti cinta. Kalau tidak, Mela akan diputus.
Mela pun menurut. “Dia minta aku gaya apa, dia minta aku pakai baju apa, selalu aku ikutin.”
Nahasnya, setelah banyak foto syur dan video mesumnya dipegang oleh sang pacar, Mela diperas. Pacarnya terus-menerus minta tambahan foto dan video mesum. Kalau Mela menolak, ia mengancam akan menyerahkan foto-foto yang sebelumnya ke orang tua Mela.
Pacar kurang ajar itu bahkan meminta Mela memberi “kompensasi” Rp 100–200 ribu bila tak mau mengirimkan foto dan video vulgarnya.
Suatu hari, pacar Mela terjaring razia pornografi di sekolah. Terungkaplah bahwa ia selama ini tak hanya mengoleksi foto dan video mesum Mela, melainkan banyak perempuan. Semua itu ditemukan di handphone dan laptopnya.
Mela panik. Banyak foto-foto tak senonoh yang sudah ia kirim ke pacarnya—dari pose telanjang dada ke telanjang badan, dari potret payudara sampai vagina.
Pacar Mela bahkan merekam video saat ia dan Mela berhubungan intim. Video ini kemudian tersebar di media sosial . Sungguh celaka.
“(Foto dan video itu) ada di BBM dan Twitter. Tahun 2019, aku bahkan masih nemu video itu di Twitter. Video aku, mukaku sendiri,” ujar Mela kepada kumparan, Jumat (18/10).
Sesungguhnya, Mela bukan nama aslinya. Ia menyamarkan identitas akibat trauma mendalam.
Melihat foto dan video mesumnya tersebar luas, Mela putus asa dan akhirnya menceritakan masalahnya kepada orang tuanya—yang lalu mengusut persoalan itu.
Berdasarkan pengusutan orang tua Mela, terkuak bahwa foto dan video mesum yang dikumpulkan sang pacar bukan sekadar koleksi, tapi untuk dijual!
Pada aplikasi perpesanan BlackBerry Messenger (BBM) si pacar, ditemukan bukti transaksi konten-konten porno .
Berburu Berahi di Medsos
Mela hanya satu dari ratusan korban revenge porn —penyebaran gambar porno guna memperoleh keuntungan atau membalas dendam. Foto-foto dan video mesum mereka kemudian tersebar ke mana-mana, dari Twitter sampai Telegram, dan menjadi santapan puluhan ribu mata.
Salah satu dari orang-orang yang mencari konten mesum di medsos adalah Opan. Ia pelanggan video porno yang tergabung dalam sebuah grup Telegram. Video-video itu seperti obat pengusir bosan baginya.
Opan mengatakan lebih tertarik pada video porno yang menyangkut skandal. “Gue iseng nyari di Twitter, ternyata dari Twitter nge-link ke Telegram.”
Dalam grup Telegram tersebut, video porno yang dibagikan oleh admin sebagian besar berasal dari para anggota sendiri. Mereka bahkan melakukan barter video porno.
Menurut Opan, sebagian orang tertarik bergabung di grup bokep Telegram lantaran video yang beredar di grup tersebut lebih eksklusif ketimbang ada di situs porno. Ada video skandal terbaru yang menyangkut nama tokoh atau artis, sampai video-video revenge porn. Opan bahkan pernah menemukan video yang diperankan oleh temannya sendiri.
Persis seperti inilah yang ditakutkan Mela: jika videonya ditonton oleh teman-temannya sendiri.
Mela kini berusia 21 tahun, dan masih takut bertemu orang lain. Setiap ada orang yang memanggil namanya, ia malu dan gemetar. Ia khawatir orang itu bakal berbicara soal konten intim yang disebarkan tanpa persetujuannya.
“Rasanya semua orang tahu aku. Semua orang tahu dalaman aku gimana. Semua orang lihatin aku,” ujar Mela.
Ia berbicara pelan, lalu membuka sebuah rahasia lagi: bahwa ia bukan hanya sekali dikerjai lelaki perkara konten mesum, tapi sampai tiga kali—dengan orang berbeda.