Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Kota Sorong, Papua Barat, tengah dilanda bencana banjir dan longsor yang cukup masif. Hampir seluruh wilayah di Kota tersebut terkepung banjir pasca hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur pada Senin (22/8).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pantauan media partner kumparan, BalleoNEWS , hujan deras mengguyur selama kurang lebih 10 jam, sejak Senin malam hingga Selasa dini hari. Dikarenakan intensitas hujan yang sangat tinggi, membuat banjir mengepung di segala sudut di Kota Sorong.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD ) Kota Sorong, Herlin Sasabone, mengatakan terdapat 4 orang menjadi korban jiwa. Sementara itu, ada sekitar 9000 warga terdampak banjir serta longsor tersebut.
Warga bahkan mengaku kejadian ini merupakan banjir yang paling dahsyat selama beberapa tahun terakhir.
Lantas, apa penyebab dari hujan deras yang mengguyur selama 10 jam itu?
Curah Hujan
Koordinator Bidang Observasi Stasiun Meteorologi Domine Eduard Osok (DEO) Sorong, Laode Bangsawan, menjelaskan curah hujan menjadi faktor dominan yang menyebabkan banjir masif tersebut.
ADVERTISEMENT
"Jelas menunjukkan bahwa pada hari-hari tersebut jelas merupakan kejadian hujan ekstrem. Hujan ekstrem itu kategorinya di atas 100 mm per hari," terangnya kepada kumparan, Kamis (25/8).
Laode turut memperlihatkan data curah hujan yang dihimpun dari stasiun DEO Kota Sorong. Jumlah curah hujan di hari Minggu (21/8) itu memang tinggi selama 7 hari terakhir, tercatat sebanyak 140,8 mm hujan turun pada hari itu.
Sementara itu, data historis juga menunjukkan bahwa curah hujan bukanlah faktor satu-satunya penyebab banjir di sana. Sebab, Sorong pernah mengalami akumulasi curah hujan tertinggi pada Agustus 2008, yaitu 614 mm. Namun, dengan hujan sebesar itu, Sorong tidak mengalami banjir dahsyat.
Manusia dan Air Laut Juga Jadi Penyebab
Oleh sebab itu, Laode menerangkan ada juga faktor manusia yang turut memperparah banjir di Sorong. Ia menjelaskan bahwa penggunaan lahan serta sistem drainase di kota tersebut tidak siap menerima hujan ekstrem itu.
ADVERTISEMENT
"Di Sorong ini yang kita lihat kemarin itu kategori banjirnya itu banjir genangan. Ini menunjukkan saluran air, sungai, atau drainase itu tidak mampu lagi menampung debit air yang ada di dalamnya, sehingga dia meluap dan mencari tempat yang rendah," imbuhnya.
Tak hanya itu, Laode juga mengatakan air laut turut berperan dalam banjir ini. Ia mengatakan air laut pada hari-hari itu kondisinya sedang pasang.
"Air di sungai-sungai itu juga harusnya dia mengalir ke laut, tapi pas waktu itu lautnya juga lagi pasang. Akhirnya baliklah dia airnya ke kota menimbulkan banjir yang begitu masif," jelasnya melalui sambungan telepon.
Banjir di Sorong tersebut rupanya sudah terjadi sejak Juni. Laode membeberkan, hal itu akibat puncak hujan di Sorong ada pada bulan Juni hingga Agustus.
ADVERTISEMENT
"Dari kami sendiri sudah warning di kesempatan yang lalu-lalu. Bahwa puncak hujan di Sorong itu di Juni, Juli, dan Agustus. Dan betul memang di bulan Juni-Juli itu sudah ada banjir juga memang di sini. Tapi areanya [yang terdampak] kecil. Hanya di titik-titik tertentu, jadi tidak begitu jadi perhatian seperti banjir saat ini," tutup Laode.