Melampaui Era Pencarian: Ketika Informasi Mencari Kita

29 September 2023 13:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampilan kumparan  Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tampilan kumparan Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Judul di atas mungkin terdengar seperti gagasan yang aneh. Bagaimana kita bisa tahu soal masalah utuh konflik codebluuuu dan Farida Nurhan?, Atau apa yang harus aku lakukan saat anakku tidak sembuh dari batuk?’ Atau ‘mengapa Chelsea yang sudah menghabiskan miliaran dalam belanja pemain, kini berjuang di tepi degradasi?
ADVERTISEMENT
Semua pertanyaan di atas, meskipun menggoda, memiliki jawaban yang sama: tidak perlu mencari informasi karena kita saat ini hidup pada era informasi (atau konten) yang mencari kita.
Konten tersebar di mana-mana, dibantu oleh teknologi canggih yang mampu menemukan kita di mana pun dan kapan pun. Ini adalah era yang secara tidak langsung mengubah kebiasaan kita dari mengumpulkan (collecting) informasi menjadi memilih (selecting) informasi yang tepat
Bagi sebagian besar industri media, termasuk kumparan, kondisi ini merupakan disrupsi. Namun disrupsi adalah sebuah dejavu untuk kumparan yang enam tahun lalu lahir juga dengan mendisrupsi media konvensional dengan membawa konsep hybrid, yaitu kombo dari konten yang diproduksi dari ruang redaksi dengan citizen journalism yang membuat kumparan sebagai media kolaboratif pertama di Indonesia.
Ilustrasi kumparan. Foto: Melly Meiliani/kumparan
Dengan maraknya citizen journalism pada zaman itu, kumparan meneruskan inovasinya dengan meluncurkan proyek 1001 Media. Proyek ini merupakan booster bagi media-media daerah untuk berkembang menjadi media yang profesional, karena ada linearitas antara citizen journalism dengan konten domestik.
ADVERTISEMENT
Kemajuan ini, dikenal dengan istilah konvergensi (multichannel) konten atau informasi, telah didorong oleh pertumbuhan media sosial dalam dua dekade terakhir. Berdasarkan data yang dihimpun oleh wearesocial dan Meltwater, 3 dari 5 orang Indonesia terkoneksi dengan media sosial dan angka ini terus tumbuh dengan cepat. Platform-platform media sosial ini menjadi ceruk baru dan unik bagi audiens. Bahkan masing-masing platform telah merancang interaksi dengan audiensnya sedemikian rupa untuk memastikan para penggunanya tetap berada di platformnya dengan konten-konten yang dihadirkan.
Namun, seperti dua sisi mata uang, banyaknya konten atau informasi yang beredar memiliki efek “samping”; akurasi, aktualitas, dan hoaks. Sudah menjadi kenormalan jika kuantitas dan kualitas adalah sebuah kontras alih-alih sebuah pasangan.
ADVERTISEMENT
kumparan sebagai media yang memiliki misi menyebarkan konten berkualitas kepada audiensnya, sadar untuk mendistribusikan konten-konten tersebut langsung ke ceruk audiens yang saat ini sudah berada di multichannel. Kumparan memiliki komitmen yang kuat terhadap penyajian konten berkualitas, dan hal ini tercermin dengan tercapainya 100 persen jurnalisnya telah tersertifikasi oleh Dewan Pers.
kumparan juga menyadari bahwa tiap platform memiliki model interaksi yang unik dan berbeda, sehingga kumparan memproduksi konten yang sesuai dengan karakteristik masing-masing platform dan menghindari pendekatan satu konten untuk semua channel. Dengan kata lain, kumparan berusaha memberikan pengalaman yang sesuai dengan preferensi audiens di setiap platform yang mereka gunakan.
Ya, saat ini tidak perlu lagi mencari informasi atau konten karena kumparan telah menyediakannya melalui berbagai macam channel, termasuk website, media sosial, atau bahkan melalui event. kumparan telah memahami bahwa era informasi yang mencari kita adalah kenyataan, dan kumparan berada di baris depan untuk memastikan bahwa informasi yang mencari kita adalah informasi berkualitas.
ADVERTISEMENT