Melanjutkan Hidup dari Bantaran Ciliwung ke Rumah Susun Jatinegara

17 April 2025 10:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampang luar dan dalam Rusunawa Jatinegara Barat, Jaktim pada Rabu (16/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tampang luar dan dalam Rusunawa Jatinegara Barat, Jaktim pada Rabu (16/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah satu dekade Enok (66) menempati Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Jatinegara Barat, Jakarta Timur. Namun rasa kangen hidup di bantaran Sungai Ciliwung di Kampung Pulo, masih kerap hinggap di hati perempuan bercucu dua itu.
ADVERTISEMENT
"Kangen dulu sih," katanya saat berbincang dengan kumparan, Rabu (16/4).
Sambil bersantai di teras lantai 16 yang lampunya temaram, Enok berkisah. Tahun 2015 lalu dia bersama dengan warga lainnya di Kampung Pulo, Jakarta Timur, ikut program relokasi karena adanya proyek normalisasi Kali Ciliwung untuk mencegah banjir.
Jarak Rusunawa Jatinegara Barat ini tidak jauh dari tempat tinggal mereka yang lama, kira-kira 1 kilometer. Warga setuju direlokasi ke rusunawa yang memiliki dua tower itu, A dan B.
Tampang luar dan dalam Rusunawa Jatinegara Barat, Jaktim pada Rabu (16/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Tower rusunawa dicat warna cerah dengan kondisi bersih karena baru selesai dibangun. Warga pun berbondong-bondong pindah.
Enok pindah bersama suami dan 2 anaknya. Dia pindah dari rumah yang diwariskan orang tuanya. Namun kini di unitnya, sudah bertambah 2 cucu.
ADVERTISEMENT
Enok tidak bekerja, sama seperti saat dulu di Kampung Pulo. Pemasukan harian hanya datang dari suami yang bekerja sebagai tukang jagal rumah pemotongan hewan.
"Pindah dulu sendiri, bawa perabotan, sama diri aja. Bayar sendiri Rp 35 ribu sekali angkut, 5 kali angkut pas nyewa mobil pindahan," ujarnya.
Enok mengatakan per KK mendapatkan 1 unit rusunawa.
Di satu unit itu terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tengah, 1 kamar mandi dan area untuk menjemur pakaian.
Penampakan bagian dalam salah satu unit di Rusunawa Jatinegara Barat, Jaktim, Rabu (16/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Tampang luar dan dalam Rusunawa Jatinegara Barat, Jaktim pada Rabu (16/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Mereka dibebaskan sewa selama tiga bulan pertama. Selebihnya dikenakan sewa Rp 450 ribu per bulan, belum termasuk air dan listrik.
Memindahkan orang dari lingkungan lama ke lingkungan baru bukanlah semudah membalikkan telapak tangan.
Mereka yang pindah terkena 'culture shock' dengan kehidupan barunya. Seperti yang diceritakan Enok. Biasanya sehari-hari saat di Kampung Pulo dia punya banyak aktivitas yang dikerjakan.
ADVERTISEMENT
Namun kini aktivitasnya banyak berkurang, ditambah unitnya berada di Tower B lantai 16 sehingga dia harus bolak-balik turun tangga atau lift bila ingin ke bawah.
"Iya ini jadi jarang bergerak, lihat ini jadi gendut. Sumber penyakit juga, kaki saya sekarang sakit setelah tinggal di sini," katanya.
Foto udara banjir di kawasan jalan Jatinegara Barat, Kampung Pulo, Jakarta, Senin (8/2/2025). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
Hal lainnya adalah soal beban biaya sewa rusun yang bagi Enok cukup berat. Terlebih jika mengingat saat dahulu dia tak perlu mengeluarkan uang apa pun hanya untuk tinggal di rumah warisan orang tuanya di Kampung Pulo.
Dia menyayangkan biaya tersebut tidak diimbangi dengan perawatan kondisi dalam rusun. "Iya memang [enggak terawat]. Bau kencing kucing," ujarnya.
Keluhan ini juga disampaikan Ily (28), dia tinggal di tower A bersama orang tuanya. Dia mengatakan saat awal pindah banyak temboknya yang bolong-bolong. Bahkan seiring berjalannya waktu, kebocoran bermunculan saat hujan turun.
ADVERTISEMENT
"Ini kayak dulu di depan lift itu, kan harusnya tanggung jawab pengelola, tapi karena lama ya kita tadahin make kaleng biskuit biar nggak becek bocor hujan," terangnya.
Kondisi lift Rusunawa Jatinegara Barat, Jaktim saat dikunjungi, Rabu (16/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Kondisi lift Rusunawa Jatinegara Barat, Jaktim saat dikunjungi, Rabu (16/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Pantauan kumparan akses menuju lift ditutupi triplek yang basah, sementara pegangannya lengket, lantainya juga kotor. Ditambah bau pesing dan panas membuat lift rusunawa tidak nyaman.
Cerita lainnya dikisahkan oleh Yuliana (40). Dulunya di Kampung Pulo, dia membuka usaha warung kelontong. Saat relokasi ke rusunawa, Yuliana mendapat unit di lantai 2.
Suasana Sungai Ciliwung yang meluap dan merendam pemukiman di Kampung Pulo, Jakarta, Selasa (6/2). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Persis seperti saat masih di Kampung Pulo, di sini Yuliana juga membuka warungnya. Namun bedanya, di sini tidak gratis. Ada biaya sewa etalase Rp 80 ribu per bulan.
"Jadi banyak tanggungan tinggal di sini, mah. Pas di Kampung Pulo, cuma perlu buat mikirin buat makan aja," katanya.
ADVERTISEMENT
Total unit di Rusunawa Jatinegara Barat ini ada 518 unit. Per lantai untuk tower A ada 19 unit. Sementara di tower B, per lantai ada 18 unit.
Tampang luar dan dalam Rusunawa Jatinegara Barat, Jaktim pada Rabu (16/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Di sini ada fasilitas masjid dan rumah duka. Di lantai 2 adalah area wirausaha, penghuni bisa membuka usahanya sendiri. Meski banyak yang kosong, terlihat ada lebih dari satu warung kelontong dan 1 tukang cukur rambut yang beroperasi di sana.
Menurut beberapa penghuni rusunawa, renovasi atau perawatan besar-besaran baru terjadi 2 kali selama sedekade terakhir. Itu pun hanya mengecat tampang gedung rusun, bukan kondisi di dalamnya.
kumparan sudah mencoba mengkonfirmasi hal ini kepada pihak pengelola rusunawa, namun saat ditemui, pihak pengelola sedang tidak ada di lokasi.
ADVERTISEMENT
Begitupun dengan Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) Provinsi DKI Jakarta, Sarjoko, belum memberikan respons.