Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ki Seno meninggal karena mengalami penyumbatan pembuluh darah jantung saat bersepeda, Selasa (3/11) sore. Ia sempat dilarikan ke Rumah Sakit PKU Gamping, Kabupaten Sleman. Namun Ki Seno akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 22.15 WIB.
"Habis olahraga jam 4 (sore) bersepeda sama temennya Pak Seno yang warga sini. Sesampai tengah jalan sebelum mau pulang sudah berasa sakit sampai dijemput sama orang sini. Sore sesudah maghrib sakit muntah-muntah. Kemudian kita antar ke RS PKU Gamping," ujar manajer Ki Seno, Gunawan Widagdo, di rumah duka di Gayam, Argosari, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Rabu (4/11).
"Dan akhirnya ada penyumbatan di pembuluh darah jantung mencapai 100 persen dan menyebabkan Pak Seno meninggal dunia. Itu sekitar 22.15 WIB," lanjut Gunawan.
Sebelum meninggal dunia, Ki Seno sempat menyampaikan wasiat. Jika dia mangkat agar diiringi gendhing 'Ladrang Gajah Seno'. Salah seorang sinden Ki Seno, Tatin Lestari Handayani (34), menjelaskan wasiat itu disampaikan Ki Seno saat mentas beberapa tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Saat beliau mayang 'sesuk nek aku ra ono iki (gamelan) diunekke (kalau aku meninggal ini gamelan dibunyikan)'. Nanti akan kami lakukan," ujar Titin.
Hal senada juga dikatakan Gunawan. Iringan gamelan itu merupakan wasiat Ki Seno sejak lama.
"Itu wasiatnya dari Pak Seno. Itu pada saat dulu waktu pentas sudah lama. Yang buat (gendingnya) komposer Pak Joko Porong," katanya.
Wasiat itu pun dilakukan saat upacara pemberangkatan jenazah dari rumah duka menuju peristirahatan terakhir di Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Sepanjang upacara pemberangkatan, belasan pesinden dan wiyaga tak kuasa menahan air mata. Ketika gendhing selesai dibawakan dan jenazah mulai masuk mobil ambulans, tangis pun pecah.
Komposer gendhing Ladrang Gajah Seno, Joko Porong, menjelaskan gendhing itu diciptakan untuk istirahat dalang saat pementasan. Gendhing itu dibuat 3 tahun lalu atas permintaan Ki Seno.
ADVERTISEMENT
"Saya bawakan dengan gendhing agar dia diam istirahat (saat pementasan). Dari gendhing tersebut melompat untuk jejer kaping pindo. Memang tidak dibuat panjang karena pakeliran di sini kan padet padet," kata Joko.
Joko mengaku tidak tahu bahwa gendhing karyanya menjadi wasiat Ki Seno. Dia baru tahu ketika teman-teman di Wargo Laras memberitahukan wasiat Ki Seno beberapa tahun lalu.
Kepergian Ki Seno memang cukup mengagetkan. Ia bisa dibilang meninggal dunia di puncak karier.
Ki Seno merupakan putra pasangan Suparman Cermo Wiyoto dan Sayekti. Ki Suparman juga merupakan dalang kondang semasa hidupnya. Ki Seno mewarisi darah dalang dari ayahnya atau dalam istilah Jawa disebut Dalang Kewahyon.
Kendati ayahnya merupakan dalang kondang, tapi Seno kecil tidak langsung tertarik ke dunia wayang atau bercita-cita menjadi seorang dalang.
ADVERTISEMENT
Minatnya baru muncul ketika lulus SMP dan masuk ke SMK mengambil jurusan Pedalangan. Sebab saat itu ayahnya sudah sering sakit-sakitan, Seno tersentuh hatinya ingin meneruskan perjuangan Ki Suparman.
Ki Seno mentas perdana di Kampung Mrican, Yogyakarta, hingga membuatnya dikenal. Ki Seno dianggap sebagai dalang yang mampu menjawab kebutuhan milenial lantaran melek teknologi dan menggunakan YouTube untuk menarik minat anak muda.
Melalui akun YouTubenya, Dalang Seno, Ki Seno bisa mengatasi kondisi pandemi corona. Ia memikirkan bagaimana pesinden dan wiyaga atau penabuh gamelan tetap bisa mendapat penghasilan. Alhasil ia mempromosikan wayang climen (ringkas) yang pada akhirnya bisa dikomersialkan.
"Pemikirannya dia (Ki Seno) memikirkan wiyaga dan sinden gimana caranya biar masa pandemi ini bisa berpenghasilan. Makanya wayang climen dikomersilkan. Akhirnya laku juga bertahap, sampai sekarang pun instansi pemerintah juga mengalihkan ke daring, virtual. Gagasan virtual memang dari Pak Seno," kata Gunawan.
ADVERTISEMENT
"Gagasan virtual memang dari Pak Seno. Sekarang banyak dalang yang ikut," lanjutnya.
Seniman Butet Kartaredjasa juga mengapresiasi Ki Seno yang mampu menjawab kebutuhan milenial. Selain sebagai dalang yang jenaka, dia juga bisa memadukan seni tradisi ini dengan teknologi virtual.
"Program dia main di rumahnya untuk bisa ditonton se-Indonesia dengan climen (wayang ringkas) itu itu bagian dia ikhtiar merespon dunia digital untuk pewayangan. Mungkin itu bisa dijadikan satu inspirasi dalang-dalang muda yang lain. Menjelajah ruang eksplorasi yang lebih luas," ucap Butet.
"Seno memulai dan membuka pintu untuk eksperimentasi-eksperimentasi itu," sambungnya.
Sementara itu seniman dan aktor, Den Baguse Ngarso atau Susilo Nugroho, menilai Ki Seno merupakan dalang yang cerdas. Terutama, kejenakaan dalam teori lawak.
ADVERTISEMENT
"Cerdas dalam arti gini. Di teori lawak, itu kan ada yang mancing dan ada yang ngegolke. Dia itu mancing gelem (mau), ngegolke yo gelem. Ada bintang tamu lawak dia mau mancing meski kadang nanti yo ngegolke," kata Den Baguse.
Dari sisi kreativitas, dia melihat Ki Seno memiliki lompatan yang besar. Tak mengherankan banyak yang menggemari Ki Seno karena mampu melucu dengan cerdas dan aktual.
"Kelebihan lain yang tampak menonjol, irama dramatik. Nonton itu enak banget," ucapnya.
Kepergian Ki Seno membuat segenap pihak merasa kehilangan. Pemkot Yogyakarta menganggap sosok Ki Seno telah menjadi ikon kesenian wayang kulit yang fenomenal.
"Kita kehilangan ikon kesenian wayang kulit yang fenomenal. Yang menjadikan wayang kulit masih banyak digemari oleh banyak kalangan," kata Wakil Wali Kota Yogya, Heroe Poerwadi.
ADVERTISEMENT
Heroe menjelaskan, Ki Seno merupakan dalang yang bisa membuat wayang kulit tetap eksis. Salah satunya dengan mengadakan live streaming melalui YouTube.
"Dua channel-nya bisa sampai 20.000 lebih penonton dunia maya secara live. Saya kira dialah rajanya live streaming di Indonesia. Yang tiap malam dalam cerita wayang climen atau cerita singkat yang hanya dua jam, bisa dilihat secara live lebih dari 8.000 penonton," jelas Heroe.
Ucapan duka turut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy. Muhadjir mendoakan agar seluruh ilmu yang telah diturunkan almarhum semasa hidupnya kelak dicatat sebagai amalan baik.
"Seluruh pertunjukan yang telah digelar almarhum dan ilmu yang yang telah diajarkan pada anak didik akan menjadi amalan baik. Semoga almarhum ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa," ujar Muhadjir.
ADVERTISEMENT
Muhadjir mengaku beberapa kali menyaksikan pertunjukan wayang yang digelar Ki Seno. Muhadjir mengenang sosok almarhum Ki Seno sebagai dalang yang hebat.
"Almarhum adalah dalang wayang kulit yang tak kalah hebatnya dengan almarhum Ki Manteb Sudharsono," kata Muhadjir.
Perjuangan Dalang Diteruskan Sang Putra
ADVERTISEMENT
Kini setelah Ki Seno tiada, Gunawan menyebut nguri-uri budaya akan diteruskan Gadhing Pawukir, putra kedua Ki Seno yang masih duduk di bangku SMP.
"Masih kelas 1 SMP mungkin nanti kesepakatan Wargo Laras (grup Ki Seno) yaitu sinden, wiyaga siap untuk support Mas Gadhing biar bisa meneruskan karier bapaknya. Juga dari Ki Bancak, buyutnya Ki Seno. Dia (Gadhing) cucu laki-laki satu-satunya," katanya.
Pada 23 Agustus lalu, Gadhing telah memberikan kejutan pada Ki Seno. Untuk pertama kalinya Gadhing tampil mendalang tanpa sepengetahuan Ki Seno.
ADVERTISEMENT
"Itu diketahui Wargo Laras dan Bu Agnes (istri Ki Seno). Waktu itu Pak Seno senang sampai nangis. Itu mungkin hatinya Pak Seno senang. Sudah ada penerusnya karena dari dulu belum tertarik," tutupnya.
Sugeng tindak Ki Seno.