Melestarikan Tari Bali Lewat Teknologi

1 April 2017 19:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Vaughan Hatch (Von) dan Putu Evie Suyadnyani. (Foto: Denia Oktaviani/kumparan)
Putu Evie Suyadnyani. Mungkin tak banyak yang mengenal penari kelahiran Sanur, Bali, ini. Namun bagi para penari tradisional Bali dan mungkin mereka yang mencintai tari tradisional nusantara, sudah mengenal sosok inspiratif yang satu ini.
ADVERTISEMENT
Evie, begitu ia akrab disapa, mengubah cara belajar menari tradisional menjadi lebih modern sekaligus mendokumentasikannya.
Meski ia mengaku ide belajar menari dengan fasilitas Skype yang ia wujudkan bukan hal baru, namun pembelajaran yang cukup aktif membuat wanita ini dikenal sebagai salah satu pelopor pengajar menari Bali lewat cara modern.
Menggunakan Skype, Evie mengajarkan langkah dasar dan gerakan tarian Bali.
“Sebenarnya belajar (menari) melalui teleconference sudah banyak. Saya juga awalnya pakai Skype untuk mengobrol dengan keluarga dan teman-teman, kemudian muncul ide, ah kenapa tidak mencoba pakai Skype buat mengajar menari,” ujar Evie kepada kumparan (kumparan.com) saat ditemui pada acara BaliSpirit Festival 2017 di Ubud, Bali.
Ide tersebut kemudian ia wujudkan bersama sang suami. Evie yang memang sudah memiliki sanggar seni Mekar Bhuana akhirnya membuka kelas menari Bali lewat Skype.
Vaughan Hatch (Von) dan Putu Evie Suyadnyani. (Foto: Denia Oktaviani/kumparan)
Pembelajaran Evie kemudian menyebar dari mulut ke mulut. Evie pun mendapat banyak murid dari luar negeri seperti Perancis, Jerman, Selandia Baru, dan orang Indonesia yang tinggal di luar Bali.
ADVERTISEMENT
Sebagai langkah awal, Evie biasanya mengenalkan langkah dasar untuk menari Bali melalui sebuah video yang ia kirimkan kepada muridnya, sehingga mereka bisa belajar dan meningkatkan kepercayaan diri melalui tutorial yang dibuat Evie.
“Memang agak ribet, tapi saya selalu meyakinkan murid saya untuk mencoba. Kami juga punya tutorial step basic tari Bali. Kami mendokumentasikan semua gerakan-gerakan tari yang basic dengan semua istilah tari Bali yang kita gunakan.”
“Biasanya setelah itu baru kita conference call via Skype. Nanti saya betulkan postur atau gerakannya lewat video yang diambil dari berbagai arah,” ujar Evie.
Tentu belajar menari lewat Skype juga memiliki kelemahan. Salah satunya delay waktu melakukan video call, entah musik atau gerakan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi hal tersebut, Evie biasanya meminta muridnya untuk merekam gerakan yang telah mereka lakukan.
Usaha Evie dalam memanfaatkan teknologi ini juga bagian dari upayanya melestarikan dan mendokumentasikan gerakan tari tradisional Bali. Menurutnya, banyak gerakan tradisional yang sering terlupakan karena tari tertentu yang sedang jadi tren masa kini.
“Niat awalnya untuk pelestarian. Tiap desa punya gaya sendiri-sendiri, baik tari maupun gamelannya. Kami juga mau menghilangkan kesan tren, agar tidak satu gaya saja yang populer, tapi gerakan lain juga bagus, jadi tidak hilang karena tren,” tutur Evie.
Atas kerja kerasnya melestarikan gerakan tari tradisional Bali, Evie diundang pada ajang World Music Artist di University of Toronto, Kanada. Di sana ia memberikan seminar tentang pentingnya mendokumentasikan gerakan-gerakan tari tradisional, khususnya tari Bali.
ADVERTISEMENT