Melihat Aksi TNI Merawat Belut Raksasa Morea, Hewan Keramat di Maluku

16 Juni 2020 9:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Satgas Yonif RK 732/Banau lestarikan belut morea. Foto: Pendam Pattimura
zoom-in-whitePerbesar
Satgas Yonif RK 732/Banau lestarikan belut morea. Foto: Pendam Pattimura
ADVERTISEMENT
Satgas Pengamanan Daerah Rawan (Pamrahwan) Yonif Rk 732/Banau, Maluku punya kegiatan berbeda saat melakukan tugasnya.
ADVERTISEMENT
Seperti anggota TNI Pos 5 SSK 1 (Pos Waai), mereka membantu para pemuda Desa Waai membersihkan cagar budaya kolam Belut Morea di Kolam Waiselaka.
Air kolam dan Belut Morea dianggap keramat oleh masyarakat, sebab, dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Letak kolam tersebut berada di Desa Waai (Kolam Waiselaka), Kec Salahutu, Kab Malteng.
Berdasarkan keterangan dari Penerangan Kodam XVI/Pattimura, Belut Morea merupakan belut raksasa endemik tanah Maluku. Hewan ini tidak akan ditemukan di daerah lain selain di tempatnya sekarang.
Satgas Yonif RK 732/Banau lestarikan Belut Morea. Foto: Pendam Pattimura
Hewan ini disebut 'raksasa' karena ukurannya yang berbeda dari belut-belut pada umumnya. Hewan ini bisa tumbuh hingga sepanjang 1 hingga 1,5 meter.
Berat hewan ini bisa mencapai 10-20 kilogram. Belut Morea tak dijadikan bahan makanan oleh masyarakat. Sebab belut ini memang dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
"Belut ini dipelihara dengan baik dan diberi makan setiap hari. Banyak pengunjung yang datang untuk melihat hewan ini sekaligus memberi makan berupa telur rebus yang dapat dibeli dari warga," tulis keterangan dari Pendam Pattimura, Selasa (16/6).
"Belut Morea adalah suatu mahluk keramat yang begitu dijaga keberadaannya. Masyarakat Desa Waai tidak akan pernah memakan Morea meskipun mereka kehabisan bahan makanan," lanjutnya.
Jika ada seseorang yang nekat mengambil Belut Morea dari lokasi tersebut, maka orang itu akan dicambuk dan diminta untuk mengembalikannya ke tempat semula. Jika belut itu mati, orang tersebut diminta untuk menggantinya dengan Belut Morea lain, entah bagaimana caranya.
Berdasarkan cerita setempat, pada zaman dulu, penduduk dari gunung ingin pindah ke pinggiran pantai, karena kebutuhan hidup di sana seperti makanan, lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Lalu dilemparlah tombak yang diyakini berkekuatan gaib dan menancap ke tanah di sekitar pinggiran kolam. Dari situ, keluarlah air dan ikan-ikan, serta Belut Morea.
Tentunya, makhluk-makhluk di dalam airnya termasuk Morea dilarang untuk dibunuh.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.