Melihat Aska, 13 Tahun Tinggal di Kandang Kambing di Tangerang

13 Oktober 2019 14:48 WIB
Pak Aska (59), warga Desa Pabuaran yang tinggal di kandang kambing. Foto: Mirsan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pak Aska (59), warga Desa Pabuaran yang tinggal di kandang kambing. Foto: Mirsan/kumparan
ADVERTISEMENT
“Saya tinggal sendirian 13 tahun di sini, istri dan anak pulang ke Banjarmasin. Masuk mas,” sapa Aska (52) kepada kumparan di Kampung Sukasari, Desa Pabuaran, Tangerang, Banten, Minggu (13/10).
ADVERTISEMENT
Pria kurus yang tertidur lemas tersebut tinggal di kandang kambing selama 13 tahun. Warga menyebut, sejak dulu rumah tersebut dijadikan kandang kambing. Bila hari menjelang sore, kambing akan dimasukkan ke dalam rumah.
Pak Aska (59), warga Desa Pabuaran yang tinggal di kandang kambing. Foto: Mirsan/kumparan
Untuk sampai ke rumah Aska, butuh waktu 30 menit bila keluar dari jalan Tol Raya Pantura ke Kampung Sukasari. Rumah Aska berada di belakang pemukiman warga, dekat parit pembuangan limbah rumah tangga.
Rumahnya tampak dilapisi dinding anyaman kulit bambu yang bolong, beratapkan jerami. Sedangkan lantainya berlapis tanah dengan luas ruangan 2x3 meter. Bila hujan datang, Aska akan basah dan kedinginan.
Kandang kambing yang dipakai oleh pak Aska untuk tempat tinggal. Foto: Mirsan/kumparan
Parahnya, rumah Aska sering terkena banjir bila hujan deras mengguyur desa. Saat malam hari, Aska menjadi sasaran gigitan nyamuk yang membuatnya tak nyenyak tidur.
ADVERTISEMENT
Aska sudah 13 tahun tinggal sendirian. Dulu ia bekerja sebagai kuli bangunan merantau di Batam, Kepri. Namun, sejak terkena penyakit stroke, ia ditinggalkan istri dan 2 anaknya.
“Saya pun pulang ke sini. Karena ini kampung halaman. Sedangkan anak dan istri sudah meninggalkan saya sejak 2007 lalu. Tidak pernah melihat saya,” ujar Aska.
Suasana tempat tinggal pak Aska. Foto: Mirsan/kumparan
Aska mengaku selama ini tak pernah mendapat bantuan pemerintah. Penyakit stroke yang diidapnya menghalanginya untuk beraktivitas normal, ia mengaku hanya bisa tertidur lemas di kayu yang disusunnya tanpa selimut dan kasur.
“Belum pernah dapat bantuan pemerintah. Kadang tetangga yang ngasih saya makan,” ujar Aska.