Melihat Desa di Lereng Merapi yang Miliki Lapangan Sepak Bola ala Eropa

4 Juli 2020 18:00 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gani Sadat anggota Karang Taruna Kepuharjo dan inisiator Kepuharjo Sport Center (KSC).
 Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gani Sadat anggota Karang Taruna Kepuharjo dan inisiator Kepuharjo Sport Center (KSC). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Kecintaan terhadap sepak bola sudah mendarah daging bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Sayangnya, fasilitas yang kurang memadai sering membuat talenta muda tak berkembang. Di kota keterbatasan lahan menjadi masalah, di desa banyak lapangan tak terurus.
ADVERTISEMENT
Soal fasilitas olahraga khususnya sepak bola, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, DI Yogyakarta kini jadi terdepan. Desa yang berada di lereng Merapi itu berbenah. Karang taruna menginisiasi dan bergerak menyulap lapangan desa yang ala kadarnya menjadi ala eropa.
Gani Sadat anggota Karang Taruna Kepuharjo dan inisiator Kepuharjo Sport Center (KSC) menjelaskan awalnya lapangan ini dikelola desa lantaran memang tanah kas desa.
Lalu pada 23 Oktober 2019 karamg taruna mengajukan pengelolaan lapangan tersebut dan dibolehkan mengelola selama lima tahun ke depan.
Lapangan desa rasa lapangan Eropa di Kepuharjo Sport Center (KSC), Desa Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
"Setelah itu semua diserahkan ke karang taruna. Terkait pembangunan KSC bekerjasama dengan CSR perusahaan di sini. Sama CSR digunakan pembangunan KSC. Sama dari Dana Desa dan BKK yaitu bantuan keuangan khusus Kabupaten Sleman," ujar Gani ditemui di Kepuharjo, Sabtu (4/7).
ADVERTISEMENT
Dari kerjasama tersebut terkumpul dana Rp 950 juta yang terdiri Rp 450 juta dari desa dan Rp 500 juta CSR perusahaan. Dana tersebut digunakan untuk lapangan seperempat dari anggaran. Rumput yang digunakan berjenis zoysia matrella. Rumput jenis ini sudah berstandar internasional.
Pembangunan KSC ini sudah 80 persen. Bahkan tadi pagi sudah ada yang bermain di lapangan tersebut. KSC ini terdiri dari satu lapangan mini soccer, satu lapangan futsal, jogging trek, hingga tribun penonton. Pembangunan hanya kurang pada lapangan voli, lampu penerangan, ruang ganti, cafe, dan kantor.
"Rumputnya ini sama dengan Merapi Golf ini standar internasional jenisnya zoysia. Untuk ukuran lapangan mini soccer sesuai standar 60x40 meter. Untuk yang futsalnya 38x25 meter. Sama sekarang membangun yang voli," ujarnya.
Lapangan desa rasa lapangan Eropa di Kepuharjo Sport Center (KSC), Desa Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
"Rencana Juli kita bangun pagar sisi timur dan utara. Semua terpagar jadi tidak ada lagi bola kena genting warga. Pagar sisi selatan ditambahi 2 meter ke atas.Untuk keseluruhan rencana anggaran Rp 950 juta itu," katanya.
ADVERTISEMENT
Gani menjelaskan alasan memilih mini soccer dibanding dengan lapangan sepak bola biasa karena faktor keterbatasan lahan. Lahan yang digunakan tidak cukup untuk lapangan bola standar tapi bisa dimaksimalkan menjadi tiga lapangan terdiri dari mini soccer, futsal, dan voli.
"Dibangun mini soccer karena keterbatasan lahan. Ini tanah sisa pembangunan Huntap (hunian tetap relokasi Merapi 2010). Kita ukur dan ternyata sesuai kalau untuk mini soccer," ujarnya.
Selain untuk olahraga warga, mini soccer ini juga disewakan untuk umum. Untuk mini soccer biaya sewanya Rp 1 juta untuk dua jam pada sore hari dan Rp 800 ribu untuk dua jam pada pagi hari. Untuk lapangan futsal Rp 500 ribu dua jam pada sore hari dan Rp 300 ribu per dua jam pada pagi hari. Lapangan hanya digunakan Jumat, Sabtu, dan Minggu demi kualitas rumput.
Lapangan desa rasa lapangan Eropa di Kepuharjo Sport Center (KSC), Desa Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Untuk warga yang bermain sepakbola juga tetap menyewa tetapi dengan harga khusus yang terjangkau. Uang diperoleh dari hasil sewa itu nantinya akan untuk perawatan dan pembinaan usia dini dalam bentuk sekolah sepak bola (SSB).
ADVERTISEMENT
"Kenapa harus disewakan, karena biaya perawatan juga mahal. Sebulan menghabiskan Rp 5 Jutaan untuk potong, mupuk, nyiram, dan obat rumput. Warga sini tetap nyewa tapi harga khusus. Hasil dari sini dikelola dikembalikan ke warga dalam bentuk pembinaan usia dini," ujarnya
Lapangan desa rasa lapangan Eropa di Kepuharjo Sport Center (KSC), Desa Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Belum resmi dibuka, banyak orang yang sudah mengantre untuk bermain di situ. Tercatat sudah ada 12 kelompok yang membooking di situ. Pihaknya juga tak menutup kemungkinan bagi klub profesional yang hendak berlatih di KSC.
"Ada 12 yang booking bulan Juli. Boleh tim profesional. Kemarin sudah komunikasi dengan PSS Sleman. Manajemen siap. Tapi cuma sekali dua kali karena ini ukuran mini tidak standar," pungkasnya.
Lapangan desa rasa lapangan Eropa di Kepuharjo Sport Center (KSC), Desa Kepuharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan