Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Melihat Gang Venus 'Kampung Gelap' di Jakarta Barat yang Tak Lagi Suram
23 Maret 2023 15:20 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Gelap gulita tak tersentuh sinar matahari meski di siang bolong, cukup memberikan kesan suram. Begitulah dulu jika Anda berkunjung ke Gang Venus yang berada di Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan pada Kamis (23/3) siang, Gang Venus tak lagi berikan kesan suram karena kegelapan abadi dari absennya sinar matahari sudah tidak ada. Di sini terdapat 2 RW, yakni RW 3 dan RW 4, keduanya sudah tak lagi gelap.
Meski masih terlihat sempit, suasana gang yang tepat berada di sisi kanan kantor Kelurahan Jembatan Besi itu tetap hidup. Ada anak-anak yang bermain, orang lalu-lalang, berjualan di warung, hingga duduk sambil mengobrol santai.
Kira-kira begitu pemandangan yang tersaji di gang yang cuma bisa dilalui satu motor itu.
Kini semuanya dicium sinar matahari, tak lagi kekurangan vitamin D. Menjemur pakaian pun tak sulit keringnya.
Meski begitu, jangan kaget apabila ketika datang ke sana di pagi hari. Kamu bisa tiba-tiba terkena tetesan air saat berjalan. Bukan karena hujan, tapi jemuran warga yang bergantung di atas kepala.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan bangunan rumah di sana minimal dua lantai. Entah di atasnya yang dikontrakkan atau yang bawahnya.
"Ngontrak, Rp 7,5 juta setahun. Atas yang punya," ujar Nining Ibu satu anak yang sudah tinggal di Gang Venus sejak tahun 80-an.
Menurut pengakuan warga, meski padat, tak sulit mendapatkan air bersih dan listrik.
"Di sini semua pasang ledeng kok. Sudah ke belakang pakai ledeng. Kalo enggak punya, beli dari musala. Segerobak Rp 2 ribu. Taruh di embernya kalo enggak pasang ledeng," lanjut Nining warga RT 2/RW 3 tersebut.
Akan tetapi perlu diakui masih ada beberapa warga yang listrik dan airnya tidak sendiri seperti yang disebutkan sebelumnya. Mereka numpang ke musala.
"Saya mengontrak sudah lepas. Sudah enggak bayar listrik, mandi sudah di situ, di musala. Bayar sama kontrakan sebulan Rp 900, yang satu kontrakan 6 sampai 7 itu pada ke musala air dan listriknya," jelas Suhana (56) warga RT2/RW3.
ADVERTISEMENT
Meskipun berada di area padat penduduk, kebanyakan warga yang dijumpai tak mengeluh soal masalah kesehatan.
"Alhamdulilah jarang sakit. Ya paling pilek," ungkap Suhana yang sejak lahir sudah menjadi warga Gang Venus.
Hal yang sama juga diungkapkan warga Gang Venus lainnya. Tak sulit mengurus layanan kesehatan karena aksesnya tak jauh dari tempat tinggal.
"Enggak (soal gampang sakit), BPJS dapet. Ada. Puskesmas ada deket," jelas Nining.
kumparan sempat mencicipi makanan yang dijual Nining. Ia berjualan di dapur yang berada tepat di depan rumahnya.
Akibat berada di jalanan, orang yang lalu lalang pun harus bergantian. Begitu pun pembeli. Tak ada tempat untuk makan di tempat. Jadi kebanyakan dibungkus pulang.
Namun siang ini, kumparan diizinkan untuk makan di rumahnya. Hanya ada 1 ruangan di sana, yakni kamar mandi. Tempat tidur, dan ruang tamu jadi satu. Kebetulan kami sedang tak berpuasa.
ADVERTISEMENT
Tak ada jendela dan hanya ada kipas angin agar udara tak terlalu pengap. kumparan menikmati telur sambal balado dan ayam goreng yang nikmat. Ditemani sebotol air mineral dingin yang terlihat banyak distok di dalam kulkasnya.
Kebakaran Ubah Wajah Gang Venus
Menurut pengakuan warga, bencana kebakaranlah yang mengubah wajah Gang Venus. Akibat kebakaran tersebut rumah tak boleh lagi berdempetan agar matahari bisa masuk ke jalanan gang.
"Enggak. Dulu siang malam enggak ketahuan, nyalain lampu. Terus kebakaran pas COVID 2021. Pas dibangun, sama orang kelurahan enggak boleh dirapetin, harus ada sinar matahari. Dimundurin. Sekarang mah terang. Motor bisa masuk," cerita Njay alias Katmawijaya (50) warga RT 1/RW 4.
Padahal dulunya, Gang Venus gelap gulita tak terpapar sinar matahari. Bahkan warganya kesulitan untuk menjemur pakaian karena tak mendapat sinar alami tersebut.
ADVERTISEMENT